Komunikasi, Kunci Mengatasi “Generation Gap”
“Ah, Papa sama Mama nggak gaul, sih. Itu, kan, lagi hits banget tau!”
“Duh, kamu kok begitu, sih? Dulu di zaman Papa sama Mama nggak pernah, tuh, kayak begitu.”
Pastinya, percakapan itu seringkali kita dengar antara anak dan orang tuanya. Rasa-rasanya, sebuah perdebatan atau selisih paham antara orang tua dengan anaknya, khususnya yang mulai beranjak remaja, merupakan sebuah hal yang lumrah terjadi. Di satu sisi, generasi muda menganggap orangtuanya tidak memahami dan mendukungnya. Kebalikannya, generasi tua malah menganggap anak zaman sekarang sulit diarahkan.
Perbedaan pola pikir dan sikap antara dua generasi yang berbeda ini akhirnya menimbulkan jarak di antara mereka. Jarak inilah yang biasa disebut generation gap. Sebenarnya, generation gap ini bukan hal yang baru lagi dalam berbagai lingkungan pergaulan, termasuk di keluarga. Namun, jika tidak dijembatani dengan baik, perbedaan antar generasi ini akan terus menimbulkan gesekan. Lantas, bagaimana mengatasi gap ini?
Eka Wardhana, seorang pakar parenting menjelaskan, generation gap ini disebabkan oleh gaya hidup yang berbeda antar generasi. Generasi tua masih terbiasa dengan gaya hidup di zamannya, sedangkan gaya hidup generasi muda sekarang banyak dipengaruhi perkembangan teknologi dan informasi yang pesat. Mudahnya akses internet saat ini, menjadikan generasi muda lebih cenderung suka sesuatu yang praktis.
“Walaupun ada banyak perbedaan, bukan berarti gap ini tidak bisa dijembatani,“ tutur Kak Eka, sapaan akrabnya. “Untuk menjembatani generation gap ini, orang tua harus mengoreksi kembali pola komunikasi dan pendekatan pada anak. Baiknya, orang tua harus meluangkan waktu mendekat ke anak. Bukan hanya fisik yang berdekatan dengan anak, tapi juga mendekatkan hati dengan membangun komunikasi hangat.”
Kak Eka melanjutkan, pola pendekatannya pun berbeda-beda, tergantung usia anak. Untuk membangun komunikasi dengan anak usia dini, bisa menggunakan bantuan media lain, misalnya boneka dongeng dan buku cerita. Selama proses mendongengkan atau membacakan buku cerita ke anak, akan terjadi interaksi antara orang tua dan anak. Semakin sering ini dilakukan, maka bonding (ikatan) orang tua dan anak akan semakin kuat.
“Jika komunikasi orangtua dan anak sudah lancar, pun hubungannya sudah semakin dekat, anak akan merasa nyaman mengutarakan apa yang ia inginkan ataupun pendapatnya pada orang tua. Jika sudah nyaman, saran dan nasehat yang diberikan ke anak akan lebih mudah diterima. Akhirnya, kesenjangan generasi ini akan lebih mudah dikompromikan oleh keduanya,” ungkap ayah empat anak ini. [Noviana Sari]
Foto oleh Kindel Media dari Pexels.
Ciri-Ciri Generasi Lemah
#parenting28-10-2024
Surat An-Nisa ayat 9 merupakan peringatan bagi para orang tua yang seharusnya takut jika meninggalkan generasi yang lemah (Dzurriyyatan dhi'aafan). Kata "Dhi'aafan" berasal dari kata dasar "Dho'ifan" yang artinya lemah secara psikis.
Cara Berkomunikasi dengan Anak
#parenting17-10-2024
Akar permasalahan anak yang susah dinasehati adalah pola komunikasi yang kurang tepat dari orang tua ke anak. Lalu, bagaimana sebenarnya pola komunikasi orang tua ke anak yang tepat menurut Islam?
Long Distance Marriage dalam Islam
#parenting28-09-2024
Dalam pernikahan, sering kali ada pasangan yang dihadapkan dengan kondisi harus tinggal berjauhan atau dalam istilah kekinian disebut LDM (Long Distance Marriage). Lalu, bagaimana Islam memandang LDM?
Penyebab Perselingkuhan
#parenting25-09-2024
Di zaman modern ini, kasus perselingkuhan semakin meningkat. Pelakunya pun sudah tidak hanya dari pihak laki-laki saja, tapi juga dari pihak wanita. Apa yang salah Sebenarnya pada keluarga-keluarga modern saat ini hingga mudah berpaling dari pasangan?
Tips Agar Anak Tidak Terdampak Pasca Perceraian
#parenting29-08-2024
Paska orang tua bercerai, kondisi rumah akan berubah. Perubahan yang tidak lagi dilandasi adab-adab akan berdampak pada anak-anak. Mereka menjadi lebih sensitif, baper, mudah tersinggung, dan mudah marah. Lalu, bagaimana cara mencegahnya?