Apa itu Self Harm?

Pertanyaan:
Assalaamu'alaykum wa rahmatullaahi wa barakaatuh, Ustadzah.
Saya adalah siswi baru Kelas VII. Saya memiliki teman dekat. Teman saya itu badannya besar dan gemuk. Dia pernah bercerita kalau dulu sewaktu SD sering terkena body shaming oleh teman-teman laki-laki. Lalu, dia tidak masuk sekolah dengan alasan sakit beberapa hari yang lalu. Ketika masuk, saya melihat bekas sayatan di lengan tangannya. Dia bilang kalau itu adalah salah satu cara melampiaskan rasa sakit hatinya selama ini. Apa yang harus saya lakukan sebagai temannya, Ustadzah Tika?
Jawaban:
Wa’alaykumussalam wa rahmatullaahi wa barakaatuh, Sobat eNHa.
Apa yang terjadi kepada teman kita itu adalah bentuk "self harm". Apa itu self harm? Self harm adalah perilaku seseorang untuk melukai diri sendiri dengan berbagai cara tanpa memandang ada atau tidaknya niat dan keinginan untuk mati (NICE; WHO, 2015). Orang yang melakukan self harm biasanya memiliki masalah seperti menjadi korban perundungan, kekerasan, atau mendapatkan tekanan sehingga mengakibatkan dia merasa stres dan depresi.
Bentuk-bentuk self harm biasanya melalui cutting. Cutting adalah tindakan memotong, membuat goresan, menyayat, atau melukai salah satu bagian tubuhnya dengan benda tajam, seperti pisau, silet, atau potongan kaca. Adapun cara lainnya seperti memukul-mukul dirinya sendiri, menghantam tangannya ke tembok, dan sebagainya. Lalu, bagaimana sikap kita jika memiliki teman yang melakukan self harm?
1. Mengetahui alasan atau penyebab perilaku tersebut
Kalian harus tahu dulu penyebab teman kita itu melakukan self harm. Hal ini bertujuan untuk menumbuhkan rasa empati dan simpati kepada teman kita.
2. Jangan men-judge
Jika teman kita ternyata memiliki masalah yang mungkin melanggar norma atau menjadi korban kekerasan seksual, jangan langsung men-judge, ya! Kita tidak boleh langsung menyalahkan kondisi teman kita.
3. Luangkan waktu untuknya
Sebagai teman dekat, kita harus meluangkan waktu untuk mendengarkan cerita dan curhatannya. Jangan meninggalkan dia dalam keadaan terpuruk. Berikan semangat dan motivasi kepada teman kita, ya!
4. Menyampaikan kepada keluarga untuk mendapatkan penanganan psikolog
Kita perlu menyampaikan kepada keluarga pelaku self harm mengenai kondisinya agar pelaku mendapatkan penanganan kepada orang yang ahli yaitu psikolog. Pelaku self harm perlu mendapatkan penanganan khusus melalui terapi.
Selamat mencoba tips di atas, ya! Semoga berhasil. Aamiin.
Oleh: Ustadzah Dewi Mustikawati, S.Pd.
Guru Bimbingan dan Konseling SMP IT Nur Hidayah Surakarta.
Apakah anda tertarik mendaftarkan anak anda di Sekolah Islam Terpadu (SIT) Nur Hidayah? Kunjungi saja laman informasi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) kami di tautan berikut ini: PPDB SIT Nur Hidayah.
Foto oleh cottonbro studio dari Pexels.
Self Care Itu Penting!
#konsultasi psikologi23-04-2025
Self care adalah istilah yang digunakan dalam kesehatan mental mengenai praktik yang dilakukan oleh seseorang untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan fisik, mental, dan emosional.
Tips Bersikap pada Anak Selective Mutism
#konsultasi psikologi10-03-2025
Dalam ilmu psikologi, ini dinamakan Selective Mutism (SM). Ini merupakan kondisi dimana seseorang tiba-tiba tidak mampu berbicara saat berada di lingkungan sosial yang belum familiar dengan dirinya.
Tips Menjadi Siswa Proaktif
#konsultasi psikologi18-02-2025
Siswa yang proaktif bukan hanya menunggu, tetapi mereka juga akan berusaha untuk mencari solusi, mengatur waktu, dan bertanggung jawab atas tugas dan tanggung jawab mereka ya, Sobat.
Mendidik Anak Laki-Laki agar Tangguh
#konsultasi psikologi30-01-2025
Mendidik anak laki-laki tentu berbeda dengan mendidik anak perempuan. Anak laki-laki butuh dididik untuk menjadi orang yang tegas, meskipun ada sisi kelembutan yang tetap harus dimiliki anak laki-laki, tanggung jawab, struggle mencari nafkah, dan hal-hal yang berkaitan dengan qowwam laki-laki.
Second Account: Berbahayakah?
#konsultasi psikologi16-12-2024
Fenomena second account belakangan ini memang cukup menarik perhatian, terutama Generasi Z seperti kalian. Mengapa fenomena ini terjadi? Ternyata tekanan untuk menampilkan citra diri yang sempurna di media sosial kerap menjadi salah satu alasan.