Apa itu Toxic Parents?

Assalaamu’alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh.
Pak Iqbal yang saya hormati, saya pernah mendengar istilah toxic parents. Mohon dijelaskan apa itu toxic parents. Apakah orang tua yang suka marah-marah tanpa alasan itu juga termasuk toxic parents? Terima kasih.
Bunda Ana, Solo
Jawaban:
Wa’alaikumussalam wa rahmatullahi wa barakaatuh.
Terima kasih atas pertanyaan yang Bunda ajukan tentang "toxic parenting" yang saat ini memang sedang ramai dibahas dalam berbagai seminar parenting. Dalam istilah psikologi, toxic parents adalah sebuah istilah untuk mendeskripsikan orang tua yang destruktif, kasar, dan dapat meracuni (toxic) psikologis anaknya. Fenomena ini terjadi ketika orang tua menggunakan pola pengasuhan yang sama sebagaimana mereka dahulu diperlakukan atau diasuh, yang bersifat destruktif.
Toxic parents itu sendiri adalah orang tua yang tidak menghormati dan memperlakukan anaknya dengan baik sebagai individu. Mereka bisa melakukan berbagai kekerasan pada anak bahkan membuat kondisi psikologis atau kesehatan mentalnya terganggu, seperti memukul, membentak, berteriak, merundung, atau mengintimidasi.
Istilah toxic parents tidak hanya berlaku untuk orang tua yang memiliki perilaku buruk, seperti melakukan kekerasan fisik atau verbal saja. Orang tua bisa saja memenuhi kebutuhan anak, tidak menyakiti fisik, dan menginginkan yang terbaik untuk anak. Akan tetapi, ada beberapa perilaku dari orang tua yang justru bisa menjadi racun dalam pribadi anak, misalnya enggan berkompromi, tidak bertanggung jawab, maupun meminta maaf pada anaknya (Forward & Buck, 2002). Maka dari itu, Toxic parents jelas berbahaya karena perilaku ini seringkali tidak terlihat atau disadari.
Keadaan ini menciptakan lingkungan yang tidak aman bagi anak, baik itu dalam bentuk kekerasan emosional, kekerasan seksual, kekerasan fisik, atau pengabaian. Forward & Buck (2002) menjelaskan bahwa di dalam keluarga toxic terdapat kepercayaan dan peraturan tidak tertulis yang hampir semuanya lebih terpusat kepada perasaan dari orang tua toxic tersebut.
Contoh kepercayaan misalnya, (1) Anak harus menghormati orang tua, apa pun yang terjadi, (2) Ada dua cara dalam melakukan sesuatu – cara kami atau cara yang salah, (3) Anak harus dapat dilihat tapi tidak boleh didengar, (4) Anak salah apabila marah kepada orang tuanya. Sedang contoh peraturan tidak tertulis dari keluarga toxic yakni, (1) Jangan sukses melebihi ayah, (2) Jangan lebih bahagia dari ibu, (3) Jangan mengikuti jalan anak, (4) Jangan pernah berhenti membutuhkan sang orang tua.
Apakah mengomeli anak tanpa sebab termasuk perilaku toxic parents? Kebanyakan orang tua yang mengomel tanpa sebab dilatarbelakangi oleh perasaan frustasi dengan situasi pengasuhan yang dianggap menekan atau sulit. Dan akhirnya anak, selaku individu yang dianggap tidak berdaya di rumah,sering menjadi sasaran omelan-omelan tersebut. Orang tua mengomel karena tidak memiliki alat yang lebih efektif untuk digunakan dalam pengasuhan, sebab minimnya pengetahuan dan keterampilan parenting.
Te-Wang & Kenny (2013) dalam hasil studinya yang diterbitkan dalam Journal of Child Development menunjukkan bahwa anak-anak yang di rumahnya terus-menerus dipenuhi omelan lebih rentan mengalami kecemasan, depresi, stres, dan masalah emosional lainnya. Kondisi ini mirip dengan efek anak-anak yang sering dipukul. Dampak ini akan semakin parah jika omelan tersebut disertai dengan kata-kata yang menyakitkan.
Memaafkan masa lalu yang kurang menyenangkan dapat mencegah kita agar tidak menjadi toxic parents. Terkadang racun itu diwarisi dari pola asuh orang tua kita terdahulu. Jadi, pengalaman masa lalu bisa kita ambil kebaikannya, buang yang buruk, dan kemudian mulai belajar untuk memaafkan. Pahamilah bahwa kekerasan itu baik fisik maupun verbal tidak akan berhasil mengubah seseorang, yang ada hanyalah dendam.
Pelajarilah pola asuh yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam, yakni dengan akhlak mulia penuh kesabaran, lemah lembut dalam bertutur kata, kasih sayang dan menghargai anak sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Orang tua adalah teladan yang baik, apa yang dilakukan maka anak akan menirunya. Berikanlah teladan yang baik sehingga mereka hormat lalu menjadikan orang tua sebagai model terbaik dalam pengasuhan.
Wallahu a’lam bishawab.
Muhammad Iqbal
Dekan Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana, Owner Rumah Konseling
IG: @muhammadiqbalphd, youtube channel: rumah konseling official
Foto oleh master1305 dari Freepik.
Self Care Itu Penting!
#konsultasi psikologi23-04-2025
Self care adalah istilah yang digunakan dalam kesehatan mental mengenai praktik yang dilakukan oleh seseorang untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan fisik, mental, dan emosional.
Tips Bersikap pada Anak Selective Mutism
#konsultasi psikologi10-03-2025
Dalam ilmu psikologi, ini dinamakan Selective Mutism (SM). Ini merupakan kondisi dimana seseorang tiba-tiba tidak mampu berbicara saat berada di lingkungan sosial yang belum familiar dengan dirinya.
Tips Menjadi Siswa Proaktif
#konsultasi psikologi18-02-2025
Siswa yang proaktif bukan hanya menunggu, tetapi mereka juga akan berusaha untuk mencari solusi, mengatur waktu, dan bertanggung jawab atas tugas dan tanggung jawab mereka ya, Sobat.
Mendidik Anak Laki-Laki agar Tangguh
#konsultasi psikologi30-01-2025
Mendidik anak laki-laki tentu berbeda dengan mendidik anak perempuan. Anak laki-laki butuh dididik untuk menjadi orang yang tegas, meskipun ada sisi kelembutan yang tetap harus dimiliki anak laki-laki, tanggung jawab, struggle mencari nafkah, dan hal-hal yang berkaitan dengan qowwam laki-laki.
Second Account: Berbahayakah?
#konsultasi psikologi16-12-2024
Fenomena second account belakangan ini memang cukup menarik perhatian, terutama Generasi Z seperti kalian. Mengapa fenomena ini terjadi? Ternyata tekanan untuk menampilkan citra diri yang sempurna di media sosial kerap menjadi salah satu alasan.