Apa yang Harus Dilakukan jika Anak Kurang Motivasi?

Assalamu'alaikum wa rahmatullahi wa barakaatuh, Ustadz.
Saya ingin bertanya tentang anak saya yang sekarang ini kelas 2 SD. Saya lihat sepertinya anak saya ini tidak ada motivasi untuk melakukan sesuatu. Apa yang dia kerjakan semuanya menunggu kalau ada yang kasih perintah. Bahkan soal makan, tidur, belajar dan sebagainya. Anaknya cenderung tertutup. Jika ditanya nanti ingin bericit-cita menjadi apa, dia hanya diam saja. O iya, anak saya ini sukanya bermain dengan anak-anak yang umurnya di bawahnya dia. Mohon pendapat dan saran Ustadz, juga bagaimana supaya kami orang tuanya bisa mengetahui potensi serta keinginannya.
Terima kasih.
Reni, Solo
Wa’laikumsalam warahmatullah wabarakaatuh.
Terima kasih atas kiriman pertanyaan yang ibu berikan, semoga ibu diberi kekuatan dan kesabaran dalam menghadapi masalah anak saat ini. Dalam beberapa kasus pengasuhan, saya dapati banyak orang tua sering kali meyakini bahwa anaknya adalah sosok yg kurang peduli dengan masa depannya sendiri.
Namun banyak kasus didapati upaya orang tua untuk memotivasi anaknya sering juga tidak tepat. Akhirnya anak menjadi terlihat malas-malasan dan tidak punya motivasi untuk berkembang bahkan terkesan membangkang.
Jika masalah anak Ibu adalah kurang termotivasi, itu bisa menjadi sumber perasaan kekhawatiran dan frustrasi yang besar. Kadang-kadang bahkan dari perasaan itulah masalahnya mulai terjadi. Maka dari itu, masalahnya dalam hal ini adalah reaksi Ibu terhadap kurangnya motivasi anak, bukan kurangnya motivasi itu sendiri. Ketika Ibu merasa gugup tentang dia, Ibu mencoba memotivasi dia dari cengkeraman kecemasan ibu sendiri.
Alasan anak terlihat malas dan tidak punya motivasi menurut ahli psikologi Hoffman (2014) adalah biasanya disebabkan oleh:
1. Anak merasa kewalahan dan putus asa karena tuntutan yang ada
2. Orang tua dan anak saling berebut kekuasaan
3. Anak takut gagal dan sangat perfeksionis
4. Anak merasa diperlakukan seperti masalah bukan sebagai orang
5. Anak merasa dipaksa melakukan sesuatu
6. Pengaruh lingkungan pertemanan yang negatif
Sebagai orang tua, ibu tidak dapat membuat anak menjadi lebih peduli tentang masa depannya hanya karena ibu peduli dengan masa depannya. Hal yang terburuk, dengan semakin bersikeras mendorong atau berupaya memotivasi anak justru semakin membuat anak merasa kesulitan dan menurunkan motivasinya
Beberapa orang tua menghadapi kondisi seperti ini dengan memberikan anak konsekuensi dan hukuman. Padahal konsekuensi untuk menunjukkan kepada anak ibu, apa akibat dari pilihannya yang buruk, dan itu tidak akan menciptakan motivasi. Intinya adalah bahwa ibu tidak dapat memotivasi orang lain untuk hanya peduli. Peran ibu sebaliknya adalah untuk menginspirasi dan mempengaruhi anak (Barish, 2012)
Selain itu, Hoffman (2014) berpendpat bahwa faktor keluarga juga menjadi salah satu penyebab anak terlihat malas dan kurang memiliki motivasi. Keluarga yang tidak harmonis akan mengganggu konsentrasi anak. Permasalahan keluarga akan “merusak suasana” dan membuat kondisi tidak nyaman. Dukungan dan bimbingan yang diharapkan anak dari keluarga pun tidak didapat karena keluarganya atau orang tuanya lebih sibuk memikirkan permasalahannya sendiri.
Sering juga harapan orang tua pada anak tidak sesuai dengan potensi anak dan fakta yang ada. Untuk itu sejak awal orang tua perlu mengamati dan mencari tahu potensi anak (bisa melalui psikotes). Dalam hal pendidikan dan karir terkadang harapan orang tua terlalu tinggi atau rendah terhadap masa depan anaknya. Setiap orang tua pasti punya harapan kepada anak-anaknya, namun bila terlalu tinggi maka akan menjadi beban berat untuk anaknya. Akhirnya si anak akan merasa terbebani dengan target dari orang tuanya.
Ada juga orang tua yang terlalu rendah membuat harapan untuk anaknya. Hal ini akan mengakibatkan si anak kurang termotivasi untuk belajar giat karena tak punya target yang tinggi. Mungkin targetnya hanya sekedar lulus sekolah saja, entah nilainya berapa atau dengan cara apa dia lulus tak begitu diperhatikan.
Motivasi dimulai dengan menumbuhkan minat. Minat mengarah pada eksplorasi dan pembelajaran, dan pengembangan diri. Pengembangan diri kemudian menjadi ambisi dan tujuan. Seperti kita semua, anak-anak ingin melakukan apa yang “mereka kuasai”. Mereka ingin bersinar dan merasa bangga. Dan sekali lagi, mereka ingin kita bangga pada mereka, hanya caranya yang mungkin belum tepat.
Wallahu a’lam bish-shawab.
Muhammad Iqbal
Dekan Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana, Owner Rumah Konseling
IG: @muhammadiqbalphd, youtube channel: rumah konseling official
Foto oleh
Tips Memilih Jurusan
#konsultasi psikologi24-06-2025
Memilih jurusan kuliah memang membutuhkan banyak pertimbangan. Memilih jurusan sesuai finansial itu penting, namun memilih jurusan sesuai dengan kemampuan diri itu jauh lebih penting.
Tips Agar Anak Bangun Pagi
#konsultasi psikologi22-05-2025
Memiliki anak yang susah diajak bangun pagi, apalagi anaknya sudah remaja memang sangat menguras emosi.
Self Care Itu Penting!
#konsultasi psikologi23-04-2025
Self care adalah istilah yang digunakan dalam kesehatan mental mengenai praktik yang dilakukan oleh seseorang untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan fisik, mental, dan emosional.
Tips Bersikap pada Anak Selective Mutism
#konsultasi psikologi10-03-2025
Dalam ilmu psikologi, ini dinamakan Selective Mutism (SM). Ini merupakan kondisi dimana seseorang tiba-tiba tidak mampu berbicara saat berada di lingkungan sosial yang belum familiar dengan dirinya.
Tips Menjadi Siswa Proaktif
#konsultasi psikologi18-02-2025
Siswa yang proaktif bukan hanya menunggu, tetapi mereka juga akan berusaha untuk mencari solusi, mengatur waktu, dan bertanggung jawab atas tugas mereka. Namun, jika ada orang yang melihat kita terlalu ambisius dan egois, kita perlu mengevaluasi diri.