Selamat Datang di Laman Resmi Yayasan Nur Hidayah Surakarta

Tips Agar Anak Tidak Menjadi Pelaku atau Korban Bullying

Gambar Kosong


Beberapa akhir-akhir ini, kita cukup dikejutkan dengan kasus-kasus bullying dalam pesantren. Akhirnya, hal ini menjadi ‘momok’ tersendiri bagi masyarakat yang ingin memasukkan anaknya ke pesantren. Sebenarnya ada apa dengan pesantren kita saat ini? Alih-alih menjadi tempat belajar agama yang aman dan nyaman, tapi justru pesantren menjadi tempat berkumpulnya geng-geng santri pembully.


Seorang konselor anak dan keluarga, Ustad Bendri Jaisyurrahman menjelaskan bahwa sebenarnya para orang tua harus meluruskan niat sebelum memasukkan anak ke pesantren. Jangan jadikan pesantren seperti laundry yang bertugas mencuci baju kotor. Artinya, jangan anggap pesantren sebagai tempat mengatasi anak yang dianggap nakal atau bermasalah.


Orang tua harus memahami bahwa pesantren adalah sarana, bukan tujuan. Pesantren merupakan salah satu sarana mendidik anak menjadi sholih dan paham agama, tapi bukan satu-satunya cara. Permisalannya seperti kita ingin ke Jakarta. Nah, kita perlu merencanakan perjalanan ke sana mau naik apa? Bisa naik bis, kereta, motor, mobil, atau pesawat. Setiap sarana transportasi ini ada plus dan minusnya. Jangan memaksa anak, “Kamu harus naik motor!”. Biarkan anak memilih, karena tidak setiap anak cocok di pesantren.


Berdasarkan pengamatan Ustad Bendri, ada dua jenis santri di pesantren. Pertama, santri ideologis yaitu santri yang memang sudah memiliki visi-misi yang lurus ketika masuk pesantren. Kedua, santri tragis yaitu santri yang masuk pesantren hanya karena dipaksa orang tua.


Akhirnya para santri tragis ini saling bertemu dan merasa senasib-sepenanggungan. Kumpulan santri tragis inilah yang akhirnya bekerja sama untuk membuat masalah di pesantren. Mereka merasa superior dengan berkelompok dan menindas orang-orang yang dianggap lemah di luar kelompoknya.


Lalu, apa yang harus dilakukan orang tua agar anak-anak tidak menjadi pelaku bullying atau pun korban bullying?

 

Tips Agar Anak Tidak Menjadi Pelaku Bullying

1. Jangan melepas anak sebelum jiwa dan emosinya tenang

Jangan memasukkan anak ke pesantren dalam kondisi jiwanya masih menyimpan kecewa, kesedihan, amarah, dan dendam. Selesaikan dulu semua permasalahan di rumah. Jika masalah di rumah belum selesai, pesantren hanya akan menjadi tempat pembuangan residu emosi anak. Sehingga bukannya belajar dengan baik, anak justru akan membuat masalah di pesantren sebagai bentuk protesnya.


2. Penuhi kebutuhan dasar anak

Sebelum memasukkan anak ke pesantren, pastikan orang tua sudah memenuhi dua kebutuhan dasar anak dalam tumbuh kembangnya, yaitu tender love (cinta yang lembut) dari ibu dan tough love (cinta yang tegas) dari ayah. Jika dua kebutuhan ini sudah terpenuhi, baru pahamkan anak tentang esensi masuk pesantren. Sehingga, nantinya anak bisa menjalani kehidupan di pesantren dengan visi-misi yang lurus.

 

Tips Agar Anak Tidak Menjadi Korban Bullying

1. Hindari pola asuh otoriter

Biasanya, anak yang menjadi korban bullying merupakan anak-anak yang mendapatkan pola asuh otoriter di rumah Pola asuh itu lah yang membuat anak terbiasa menuruti semua perintah orang lain, menjadi orang yang pasif, dan tidak memiliki kemampuan melindungi dirinya sendiri (self esteem). Hal ini diperparah lagi jika anak juga sering mengalami bullying verbal maupun fisik di rumah, menjadikan tindakan tersebut merupakan suatu hal yang wajar bagi anak.


2. Ajarkan anak mengekspresikan emosi

Anak yang menjadi korban bullying, biasanya mereka belum paham bagaimana caranya mengekspresikan emosi dengan tepat. Ketika mereka tidak menyukai sesuatu, mereka tidak terbiasa mengatakan, “Aku tidak suka!”. Anak-anak seperti ini sebenarnya miskin kosa rasa dan kosa kata. Mereka tidak paham tentang jenis perasaan yang sedang mereka alami. Apakah ini marah, kecewa, atau sedih?

 

Wallahu’alam bi shawab. [Bendri Jaisyurrahman]

 

Sumber: Kanal Youtube ‘Oki Setiana Dewi’

 
Foto dari Freepik.

 

 

 

Tags: #parenting
POSTINGAN TERBARU
Pola Komunikasi dengan Anak

17-10-2024

Lalu, bagaimana sebenarnya pola komunikasi orang tua ke anak yang tepat menurut Islam? Ustad Bendri menjelaskan ada beberapa pola komunikasi orang tua kepada anak yang harus dibiasakan antara lain:

Long Distance Marriage dalam Islam

28-09-2024

Dalam pernikahan, sering kali ada pasangan yang dihadapkan dengan kondisi harus tinggal berjauhan atau dalam istilah kekinian disebut LDM (Long Distance Marriage). Lalu, bagaimana Islam memandang LDM?

Penyebab Perselingkuhan

25-09-2024

Di zaman modern ini, kasus perselingkuhan semakin meningkat. Berkembang pesatnya media sosial semakin memudahkan kasus-kasus ini sering terjadi. Pelakunya pun sudah tidak hanya dari pihak laki-laki saja, tapi juga dari pihak wanita.

Tips Agar Anak Tidak Terdampak Pasca Perceraian

29-08-2024

Paska orang tua bercerai, kondisi rumah akan berubah. Perubahan yang tidak lagi dilandasi adab-adab akan berdampak pada anak-anak. Mereka menjadi lebih sensitif, baper, mudah tersinggung, dan mudah marah. Lalu, bagaimana cara mencegahnya?

Tips Mengobati Luka Pengasuhan dari Orang Tua

22-08-2024

Birul wa lidain versi Islam adalah berikut ini: jika orang tuaku baik, maka aku akan baik. Tapi, jika orang tuaku jahat, maka aku akan tetap baik. Hal ini sesuai dengan pesan yang tertulis dalam Q.S. Al-Isra’: 23.

NurHidayah.ID