Selamat Datang di Laman Resmi Yayasan Nur Hidayah Surakarta

Cara Mendidik Anak di Usia Baligh (Remaja)

Gambar Kosong

Waktu anak memasuki usia baligh (remaja), waktu itu merupakan saat orang tua mulai bisa memanen hasil didikannya sejak kecil. Jika orang tua ingin tahu bagaimana hasil didikannya, maka lihatlah anak saat memasuki usia remaja. Di usia inilah orang tua baru bisa mengukur anaknya sholeh atau salah? Karena semua perbuatan manusia mulai dihisab sejak usia baligh.


Jika masih ada hal-hal kurang saat anak usia remaja, maka ini menjadi bahan evaluasi orang tua tentang pola pendidikannya selama ini. Orang tua berarti masih ada "hutang pengasuhan" ke anak yang harus dibayar. Entah itu hutang pengasuhan di masa usia sebelumnya atau di masa kini.


Ada tiga potensi remaja yang jika diarahkan dengan benar akan membentuk mereka menjadi pribadi yang luar biasa. Potensi-potensi itu adalah Quwwatul Aqli (kekuatan akal), Quwwatul Jismiyah (kekuatan fisik), dan Quwwatul Hamazah (kekuatan semangat).


Quwwatul Aqli (kekuatan akal)

Kecerdasan manusia sedang berada di puncaknya saat usia remaja. Para remaja cepat sekali menyerap ilmu-ilmu atau hal-hal baru yang ada di sekitarnya. Tapi, seringkali orang tua mematikan potensi akal ini dengan pola asuh yang otoriter atau banyak instruksi. Misalnya, "segera mandi, terus  makan!" dan "wush, kerjakan saja, jangan banyak tanya!"


Maka tak heran, banyak anak remaja yang akhirnya mengalami kondisi lazy mind atau thinking shock alias malas berfikir. Anak dimatikan potensi berfikirnya karena tidak pernah diajak diskusi. Orang tua hanya terus memberi instruksi. Inilah awal mula kedurhakaan orang tua yang telah mencabut hak-hak anak.


Pola asuh yang otoriter ini akhirnya menyebabkan remaja hanya jadi generasi imma’ah (ikut-ikutan). Kalau orang lain berbuat baik, mereka ikut-ikutan baik. Tapi kalau orang lain berbuat buruk, mereka ikut-ikutan buruk juga. Sehingga mereka tidak punya filter yang menyaring apa-apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan.


Quwwatul Jismiyah (kekuatan fisik)

Orang tua harus memastikan anak remajanya tidak malas gerak alias "mager". Otot-otot remaja harus dilatih bergerak. Remaja yang "mager" sangat rentan melakukan imajinasi syahwat (nafsu). Pikiran bisa menjadi liar akibat fisik tak bergerak. Maka, orang tua harus menyibukkan remaja melalui kegiatan-kegiatan positif. Energi mereka yang sedang mencapai puncaknya harus di salurkan ke dalam aktivitas fisik. Pastikan remaja memiliki mutaba’ah yaumiyah atau agenda harian agar sibuk.


Quwwatul Hamazah (kekuatan semangat)

Letupan energi remaja seringkali dilabeli orang tua dengan sebutan "nggak sabaran". Perlu kita flashback, Indonesia merdeka karena para pemuda yang "nggak sabaran". Sehingga mereka menculik Ir. Soekarno dan Moh. Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan di saat dua tokoh besar ini hanya menunggu Jepang menghadiahkan kemerdekaan kepada Indonesia.


Biarkan remaja menjadi tim eksekusi, sedangkan orang tua menjadi tim evaluasi. Libatkan para remaja dalam diskusi-diskusi. Jika tidak, mereka akan mudah terseret ke dalam pemikiran liberal, sekuler, dan pemikiran menyimpang lainnya. Hal itu bermula karena mereka tidak pernah diajak berdiskusi untuk menyampaikan gagasan.


Kesimpulannya, jika orang tua bisa mengoptimalkan tiga kekuatan remaja ini, maka mereka akan punya sebuah nyawa (jati diri) yang kuat. Jati diri ini yang akan menjadi modal utama dalam meraih kesuksesan mereka di masa depan. [Ustadz Bendri Jaisyurrahman]


Sumber: Kanal Youtube "hk2 media".


Foto dari Freepik.

Tags: #parenting
POSTINGAN TERBARU
Ketika Pasangan Tak Sesuai Harapan

15-03-2025

Banyak orang yang mendapatkan pasangan yang tidak sesuai ekspektasi sebelum menjelang pernikahan. Inilah yang membuat seseorang berada dalam kebimbangan, apakah tetap bertahan atau berpisah?

Keahlian Ibu yang Memikat Hati Anak

14-03-2025

Seorang ibu pastinya ingin dekat dengan anak-anaknya dan selalu dirindukan oleh mereka. Tapi bagaimana caranya?

Tips Menjadi Ibu yang Nyaman Bagi Anak

13-02-2025

Seorang anak pasti ingin memiliki ibu yang memberikan kenyamanan. Ibu yang selalu ada untuk anak dan siap mendengar keluh kesahnya sehingga rumah menjadi tempat paling tenang bagi anak.

Dampak Orang Tua Kasar pada Anak

12-02-2025

Setiap orang tua pasti ingin kebaikannya selalu dikenang oleh anak. Maka orang tua perlu berlaku lemah lembut pada anak. Sejatinya, setiap manusia senang dengan kelembutan. Begitu pula dengan anak-anak.

Kebiasaan Orang Tua yang Merusak Jiwa Anak

30-01-2025

Setiap orang tua pasti menginginkan anak-anaknya tumbuh dan berkembang dengan baik serta sehat fisik dan jiwanya. Tapi sering kali para orang melakukan hal-hal yang justru merusak jiwa anak. Apa saja itu? Konselor parenting dan keluarga, Ustad Bendri Jaisyurrahman menjelaskan bahwa ada kebiasaan-kebiasaan orang tua yang bisa merusak jiwa anak, antara lain:

NurHidayah.ID