Selamat Datang, Fatherman!
Negeri ini sedang sekarat dan butuh pertolongan. Bukan karena bencana asap yang sempat berbulan-bulan membikin sesak. Sebab bagi sebagian penduduk negeri yang masih menjomblo, mereka sudah terbiasa bertahun-tahun merasakan hidup sesak tanpa pasangan. Bukan pula disebakan ekonomi gonjang-ganjing tanpa kepastian. Bukan juga kisruh politik yang tak tentu arah dalam beberapa tahun belakangan ini.
Sekarat negeri ini bukan darurat ekonomi ataupun politik. Sekaratnya negeri ini justru dilihat dari rusaknya sumber daya manusia. Khususnya generasi mudanya. Tanpa disadari, kita sedang merencakan kehancuran bangsa di masa depan jika membiarkan generasi muda saat ini melemah di berbagai sisi. Tak perlu uraian fakta panjang untuk mengungkapkan hal tersebut.
Maka muncullah tren cabe-cabean plus terong-terongan. Jangan dipikir ini bagian dari program pemerintah yang sedang menargetkan swasembada sayur-mayur. Belum lagi fenomena remaja lelaki yang bertampang Ade Rai tapi gemulai, gaya TNI tapi perilaku bak Hello Kitty. Saat ini, lelaki maskulin pencinta bedak vaseline semakin menjamur. Banci dan gay tumbur subur. Ada apa dengan negeri ini? Jreng-jreng!
Banyak ahli pengasuhan anak menyebutkan, rusaknya perilaku anak muda saat ini adalah buah dari kegagalan keluarga “memproduksi” anak-anak yang tangguh. Hal ini erat kaitannya dengan pola asuh. Dan lebih spesifik lagi adalah peran ayah. Anak-anak ini mengalami gejala yang disebut “father hunger (lapar ayah).” Kalau lapar nasi goreng, masih bisa pesan di warung sebelah. Tapi kalau lapar ayah, maka mutlak perlu dipenuhi oleh sosok superhero yang hadir jadi pelipur laranya.
Maka dari itu, sambutlah sang pahlawan baru bernama “Fatherman.” Superhero yang dibutuhkan saat ini. kehebatannya melebihi Superman, Spiderman, salesman, Indocement, atau Hanoman. Tak perlu menunggu kesamber petir atau digigit laba-laba untuk jadi pahlawan baru ini. Untuk menjadi Fatherman, syaratnya cukup simpel. Jika anda laki-laki dewasa yang siap mengasuh anak dengan segudang tanggungjawab di luar, anda siap dilantik menjadi Fatherman. Anda hanya membutuhkan skill dasar menjadi fatherman sekaligus topi peran yang siap berganti tergantung situasi.
Topi peran ini ibarat kostum yang harus dimiliki seorang fatherman. Dengan topi ini, fatherman bisa mendidik anak-anak agar menjadi pribadi yang tangguh. Topi ini juga bisa jadi senjata untuk menyelamatkan generasi muda sekarang yang kebingungan menghadapi tekanan zaman. Dimulai dari kepungan online game, pornografi, hingga narkoba. Fatherman, dengan kekuatan yang dimilikinya, mampu menyelamatkan mereka. Apa saja topi Fatherman ini?
Topi ini adalah topi konselor, guru, pengasuh, motivator, entertainer, distributor atau promotor, donor atau donatur. Dengan ketujuh topi ini, seorang Fatherman akan mampu mengatasi krisis moral di kalangan generasi muda, mengubah generasi muda yang kerap dicaci menjadi generasi yang penuh dengan sanjungan dan puji.
Perlu diingat, setiap superhero tentu ada musuhnya. Musuh terbesar Fatherman saat ini adalah gawai. Ya, begitu banyak sosok Fatherman di era sekarang yang akhirnya tunduk tak berdaya di depan gawai. Anak dibiarkan main sendiri, sementara sang pahlawan terbius permainan duel otak PUBG di layar gawai. Saat anak sedih dan perlu untuk dihibur, tapi lagi-lagi sang Fatherman justru tertawa terbahak-bahak memandang gawainya. Bayangkan, betapa terlukanya hati anak?
Supaya hal-hal tadi tidak terjadi, maka berikut wasiat pertama yang harus disampaikan pada para Fatherman: berlatihlah dari sekarang untuk menaklukkan saingan utama pengasuhan, yakni gawai. Mulai sepakati bersama pasangan, kapan jam pemakaian, durasi, lokasi, serta situasi di mana gawai ini boleh digunakan. Jika tidak, sehebat apa pun jurus dan senjata seorang Fatherman untuk generasi saat ini, niscaya akan roboh tak berguna jika tak pandai menguasai benda mungil dan ajaib ini. [Sumber: Fatherman-Bendri Jaisyurrahman]
Foto oleh luis_molinero dari Freepik
Tips Mengatasi Anak yang Suka Berbohong
#parenting29-11-2024
Pastinya kita menginginkan anak keturunan kita memiliki akhlak seperti penghuni surga yang selalu berkata jujur dan tidak suka berbohong. Pada umumnya, ada dua macam kebohongan yang sering dilakukan anak-anak, yaitu
Cara Menjaga Kesehatan Keluarga
#parenting26-11-2024
Ada tujuh hal yang harus dibangun dalam keluarga agar kesehatan mental tetap terjaga. Diantaranya adalah insight, independent, relationship, initiative, creativity, humor, dan spirituality.
Ciri-Ciri Generasi Lemah
#parenting28-10-2024
Surat An-Nisa ayat 9 merupakan peringatan bagi para orang tua yang seharusnya takut jika meninggalkan generasi yang lemah (Dzurriyyatan dhi'aafan). Kata "Dhi'aafan" berasal dari kata dasar "Dho'ifan" yang artinya lemah secara psikis.
Cara Berkomunikasi dengan Anak
#parenting17-10-2024
Akar permasalahan anak yang susah dinasehati adalah pola komunikasi yang kurang tepat dari orang tua ke anak. Lalu, bagaimana sebenarnya pola komunikasi orang tua ke anak yang tepat menurut Islam?
Long Distance Marriage dalam Islam
#parenting28-09-2024
Dalam pernikahan, sering kali ada pasangan yang dihadapkan dengan kondisi harus tinggal berjauhan atau dalam istilah kekinian disebut LDM (Long Distance Marriage). Lalu, bagaimana Islam memandang LDM?