Selamat Datang di Laman Resmi Yayasan Nur Hidayah Surakarta

Membasuh Luka dalam Pengasuhan Anak

Gambar Kosong

Sudahkan kita sebagai orang tua memberikan hak-hak anak dengan baik? Jangan-jangan kita justru masih memiliki hutang pengasuhan pada anak? Lebih parahnya lagi, jangan-jangan kita menggoreskan luka pengasuhan pada anak-anak kita? Jika terkait hutang pengasuhan, berarti masih ada hak-hak anak yang belum orang tua tunaikan. 


Apa saja hak-hak dasar anak kepada orang tuanya? Jadi, anak berhak memiliki nama, ibu, dan pengajaran yang baik dari orang tuanya. Hutang-hutang inilah yang membuat kedurhakaan anak. Di balik kedurhakaan anak, sejatinya ada kedurhakaan orang tua. Ketiga hak-hak tadi barulah hak-hak dasar. Hak -hak tersebut belum mencakup hak-hak lainnya seperti hak tumbuh kembang, dan sebagainya. 


Sebagai contoh adalah saat kita mengetahui ada orang yang sifatnya kaku dan kasar. Setelah ditelisik, ternyata orang ini tidak mendapat hak kasih sayang dari orang tuanya. Ia tidak pernah dibelai dan dipeluk oleh orang tuanya semasa kecil. Sehingga saat beranjak dewasa, orang ini menjadi pribadi yang cenderung tidak hangat dan arogan kepada orang lain. 


Orang yang mempunyai hutang pengasuhan bisa dilihat dari dua hal: ucapan dan tindakan. Kata-kata yang ia ucapkan cenderung pesimis, kasar, dan tidak empati. Sedangkan tindakannya cenderung kasar seperti suka memukul, bersikap egois, dan sebagainya. 


Ada yang lebih ekstrem lagi dari hutang pengasuhan yaitu luka pengasuhan. Luka ini menimbulkan bekas memori buruk yang anak-anak bawa hingga mereka dewasa. Biasanya, efek luka pengasuhan ini akan membentuk anak menjadi pribadi yang tidak percaya diri, menghindar dari tanggung jawab, selalu menyalahkan dirinya, dan bahkan mendorongnya untuk bunuh diri. 


Selain itu, ada efek luka pengasuhan yang berdampak pada perilaku anak dengan orang lain yaitu berperilaku agresif seperti suka memukul, kasar, serakah, emosional, dan bahkan melakukan tindakan-tindakan yang lebih sadis seperti pem-bully-an, psikopat, tindak kriminal, dan perilaku penyimpangan seksual.


Luka pengasuhan ini tergores karena ucapan atau tindakan orang tua yang sangat menyakiti hati yang anak. Anak merasa kehadirannya tidak pernah dianggap, tidak pernah mendengar kata-kata sayang, selalu disalahkan, dibanding-bandingkan dengan orang lain, dan menganggap dirinya tidak pernah dicintai oleh orang tuanya. 


Maka, tak heran banyak anak yang kehadirannya tidak dianggap saat ini. Akhirnya, mereka mencari perhatian dan sensasi di dunia luar, misalnya dengan bergoyang di aplikasi-aplikasi yang menunjukkan eksistensinya, mencari follower sebanyak-banyaknya, melontarkan kata-kata kotor yang ia populerkan di media sosial, pansos, dan lain sebagainya.


Jika anak-anak yang terluka ini bertemu dengan predator seperti bandar narkoba dan predator seksual, mereka akan menjadi mangsa empuk orang-orang jahat ini. Para predator paham betul ciri-ciri anak-anak yang hatinya terluka. Jadi sikap caper (cari perhatian) pada sebagian anak merupakan luka pengasuhan dari orang tuanya. 


“Jangan GR dulu kalau anak kita bilang ingin sekolah ke pesantren. Lalu, orang tua merasa bangga anaknya sudah mandiri. Hati-hati! Belum tentu mereka ingin ke pesantren karena kesadaran sendiri, tapi bisa jadi itu trik anak agar bisa kabur dari rumah,” tegas Ustadz Bendri Jaisyurrahman. 


Ada lagi luka pengasuhan yang lebih parah selain pengabaian yaitu kekerasan secara verbal maupun non verbal. Luka ini biasanya lebih panjang penyembuhannya dan butuh bantuan psikiater. Kekerasan verbal yang dimaksud bisa berupa teriakan, caci maki, sumpah serapah, dan lainnya. Sedangkan kekerasan non verbal bisa berupa tamparan, pukulan, dan sebagainya. 


Masalah bisa menjadi lebih parah ketika anak yang melihat kekerasan dalam rumah tangga, seperti ayah dan ibunya, bertengkar hingga menggoreskan luka batin pada anak. Riset mengatakan bahwa anak yang pernah melihat kekerasan dalam rumah tangga, maka ia akan berpotensi meniru tindakan tersebut dalam rentang waktu setiap 10 tahun sekali. 


Lalu, bagaimana jika hutang dan luka pengasuhan ini terlanjur terjadi pada anak-anak? Jika hutang pengasuhan, orang tua harus mencheklist apa saja hak-hak anak yang belum terpenuhi dan segera tunaikan hutang-hutang tersebut. Tapi jika luka pengasuhan, maka orang tua harus memastikan bahwa dirinya sudah bertaubat pada Allah Ta’ala dan berubah menjadi pribadi  yang siap menanamkan cinta pada anak-anaknya. Wallahu’alam bi Shawab. [Bendri Jaisyurrahman]


Sumber: Kanal Youtube ‘MuAliM OFFICIAL.


Foto oleh Pixabay dari Pexels.

Tags: #parenting
POSTINGAN TERBARU
Adab Pertama yang Diajarkan ke Anak

21-04-2025

Mengenai persoalan adab ini, konselor parenting dan keluarga, Ustad Bendri Jaisyurrahman menjelaskan bahwa orang tua bisa mengawali pengajaran mulai dari adab terhadap Sang Pencipta, Allah Ta’ala.

Dukungan Suami pada Istri

20-04-2025

Sebenarnya, para ibu yang stres ini hanya butuh dukungan dari suaminya. Bagaimana bentuk dukungan suami pada istrinya? Mari kita lihat sikap teladan kita, Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam yang selalu memberikan dukungan kepada istrinya melalui:

Ketika Pasangan Tak Sesuai Harapan

15-03-2025

Banyak orang yang mendapatkan pasangan yang tidak sesuai ekspektasi sebelum menjelang pernikahan. Inilah yang membuat seseorang berada dalam kebimbangan, apakah tetap bertahan atau berpisah?

Keahlian Ibu yang Memikat Hati Anak

14-03-2025

Seorang ibu pastinya ingin dekat dengan anak-anaknya dan selalu dirindukan oleh mereka. Tapi bagaimana caranya?

Tips Menjadi Ibu yang Nyaman Bagi Anak

13-02-2025

Seorang anak pasti ingin memiliki ibu yang memberikan kenyamanan. Ibu yang selalu ada untuk anak dan siap mendengar keluh kesahnya sehingga rumah menjadi tempat paling tenang bagi anak.

NurHidayah.ID