Selamat Datang di Laman Resmi Yayasan Nur Hidayah Surakarta

Waktu Cerita Bersama Ayah

Gambar Kosong

Setiap superhero pada umumnya punya branding yang menjadi ciri khas masing-masing. Bisa dalam bentuk kostum yang unik, senjata pamungkas, jurus sakti, atau kata-kata populer yang biasa diucapkan saat mereka beraksi. Ini lumrah. Biar bagaimanapun, superhero tetap butuh eksis agar dikenal dan diminati penggemarnya. Maka, branding bagi superhero untuk tetap eksis meski tanpa medsos adalah mutlak.


Nah, begitu juga sosok Fatherman sekaligus Entertainman yang juga harus punya branding. Ayah sang Fatherman tak boleh kalah dengan para superhero lainnya. Dua hal yang harus dimiliki oleh ayah agar tetap eksis di mata anak yaitu: aksi heroik yang memikat ditambah mantra sakti sebagai branding yang memorable. Aksi heroik ayah selaku Fatherman di antaranya adalah dengan bercerita.


Dalam berinteraksi dengan anak, Bercerita adalah jurus jitu berikutnya setelah bermain. Dengan bercerita, anak akan terpesona dan kemudian mematikan TV atau gawainya untuk beralih kepada ayah sang Fatherman. Sebab saat ayah bercerita, anak-anak akan melihat adegan seru dalam ekspresi wajah sekaligus gerak tubuh sang ayah. Apalagi kalau tubuh ayah sangat elastis seperti kurva tak beraturan. Ini bisa membuat anak ketagihan hingga selalu berkata, “Cerita lagi dong, yah!”


Agar aksi heroik ini selalu terekam dalam memori anak, ayah harus memulainya dengan mantra sakti seperti yang biasa diucapkan superhero lainnya. Dan umumnya, mantra sakti yang dipakai ayah zaman dulu saat bercerita adalah kata-kata populer seperti, “Pada suatu hari...” atau “Pada zaman dahulu kala… .” Dua kata tersebut amat manjur membuat anak terkenang-kenang akan cerita dari sang ayah.


Tapi ayah juga boleh membuat mantra lain yang tidak biasa untuk menarik perhatian anak semisal, “Ayahema ucer itahe,” maksudnya “Ayah mau cerita, kumpul-kumpul rumpi, yuk!” Tapi plis, tangan ayah jangan ikutan ngondek, lho, ya! Tetaplah macho! Ingat! Ayah itu Fatherman, bukan Sissyman alias bencong. Hehe.


Intinya, buatlah kata pembuka yang membuat anak tertarik untuk beralih perhatiannya kepada ayah. Jangan sering-sering ganti, agar ayah punya branding tersendiri di mata anak dan kata-kata ayah akan terekam dalam memori anak hingga dewasa. Sebenarnya, mantra sakti saja belumlah cukup. Seorang ayah harus punya kemampuan bercerita yang mumpuni. Kemampuan yang membuat anak terus bertahan dan menyimak ceritanya hingga akhir.


Agar cerita ayah bisa menaklukkan hati anak, maka hal-hal yang perlu diperhatikan adalah: pahami isi cerita yang akan disampaikan, libatkan anak dengan melakukan role play (bermain peran), memainkan mimik wajah ataupun intonasi suara, memilih durasi yang pas, serta membahas pesan moral yang terkandung dalam cerita tersebut.


Bekal ayah agar menjadi sosok pahlawan bagi anak memang tidaklah mudah. Butuh keterampilan sekaligus pencitraan yang kuat (branding). Kelak, ketika anak ditanya tentang sosok ayah baginya, ia akan menjawab dengan mantra sakti yang masih terngiang-ngiang di memori otaknya, “Pada zaman dahulu kala… .” Haha. [Fatherman/Bendri Jaisyurrahman]


Foto oleh MART PRODUCTION dari Pexels.

Tags: #parenting
POSTINGAN TERBARU
LDM dalam Perspektif Islam

28-09-2024

Dalam pernikahan, sering kali ada pasangan yang dihadapkan dengan kondisi harus tinggal berjauhan atau dalam istilah kekinian disebut LDM (Long Distance Marriage).

Penyebab Perselingkuhan

25-09-2024

Di zaman modern ini, kasus perselingkuhan semakin meningkat. Berkembang pesatnya media sosial semakin memudahkan kasus-kasus ini sering terjadi. Pelakunya pun sudah tidak hanya dari pihak laki-laki saja, tapi juga dari pihak wanita.

Tips Agar Anak Tidak Terdampak Pasca Perceraian

29-08-2024

Paska orang tua bercerai, kondisi rumah akan berubah. Perubahan yang tidak lagi dilandasi adab-adab akan berdampak pada anak-anak. Mereka menjadi lebih sensitif, baper, mudah tersinggung, dan mudah marah. Lalu, bagaimana cara mencegahnya?

Tips Mengobati Luka Pengasuhan dari Orang Tua

22-08-2024

Birul wa lidain versi Islam adalah berikut ini: jika orang tuaku baik, maka aku akan baik. Tapi, jika orang tuaku jahat, maka aku akan tetap baik. Hal ini sesuai dengan pesan yang tertulis dalam Q.S. Al-Isra’: 23.

Tips Agar Anak Tidak Menjadi Pelaku atau Korban Bullying

26-07-2024

Akhir-akhir ini, kita cukup dikejutkan dengan kasus-kasus bullying dalam pesantren. Akhirnya, hal ini menjadi ‘momok’ tersendiri bagi masyarakat yang ingin memasukkan anaknya ke pesantren. Sebenarnya ada apa dengan pesantren kita saat ini?

NurHidayah.ID