Selamat Datang di Laman Resmi Yayasan Nur Hidayah Surakarta

Tips Agar Anak Tidak Terdampak Pasca Perceraian

Gambar Kosong

Pada dasarnya, zona nyaman anak-anak adalah status quo (kondisi statis dan tidak ada perubahan). Paska orang tua bercerai, kondisi rumah akan berubah. Perubahan yang tidak lagi dilandasi adab-adab akan berdampak pada anak-anak. Inilah yang membuat anak-anak tidak nyaman hingga membuat jiwa mereka terguncang. Ketidaknyamanan tersebut menjadikan emosi anak-anak terus menumpuk (Freeze Emotion).


Freeze Emotion ini suatu saat pasti akan meledak. Makanya, seringkali anak-anak korban perceraian menjadi lebih sensitif, baper, mudah tersinggung, dan mudah marah. Emosi ini diperparah lagi dengan adanya konflik ayah dan ibu yang semakin memanas pasca perceraian. Ada yang masih memperebutkan harta gono-gini, hak asuh anak, dan saling menjelek-jelekkan satu sama lain. Hal ini justru membuat anak-anak semakin benci dengan orang tuanya.


Kondisi akan semakin kacau ketika anak-anak melihat ibunya menangis tersakiti pasca perceraian. Anak-anak lalu ikut sedih hingga menyimpan dendam dengan ayahnya. Anak-anak bilang, "tenang, Bu. Kalau sudah besar nanti, aku akan balas perbuatan Ayah". Lalu, Ibu merasa senang karena merasa mendapat dukungan. Padahal, hal ini sama saja dengan ibu yang mendukung anak-anak untuk durhaka pada ayahnya.


Rasa benci yang dirasakan anak-anak ini bisa berlanjut ke trauma. Jika trauma ini dianggap biasa dan tidak segera dibereskan, maka akan mempengaruhi pola pikir dan tindakan anak-anak di masa depan. Contohnya saja seperti memunculkan prinsip Child Free, Marriage Free, dan LGBT. Penyimpangan anak seperti itu merupakan hasil trauma di masa kecil mereka.


Lalu, bagaimana caranya agar anak-anak tidak terdampak pasca perceraian orang tuanya?


1. Dengarkan anak-anak

Orang tua perlu mendengarkan curahan emosi anak-anak. Biarkan mereka menceritakan apa-apa yang dirasakan ketika orang tuanya tidak satu atap lagi. Lalu, pahamkan pada mereka bahwa ini adalah takdir terbaik yang telah Allah Ta’ala tetapkan. Latih mereka untuk ikhlas menerima semua hal yang saat ini terjadi.


2. Saling mengingat kebaikan mantan pasangan

Pasca perceraian, kedua belah pihak tidak perlu lagi saling menceritakan keburukan mantan pasangan di depan anak-anak. Cukup ceritakan kebaikan-kebaikan saja agar mereka tidak ikut sakit hati dan dendam pada orang tuanya. Biarkan mereka merasa orang tuanya tetap saling menghargai walaupun sudah pisah.


3. Fokus pada tumbuh kembang anak-anak

Pasca perceraian, kedua belah pihak harus move on dan move up. Lupakan semua yang telah berlalu. Fokus saja pada pertumbuhan dan perkembangan anak-anak. Walaupun sudah tidak hidup bersama, upayakan tetap kompak dalam merawat dan mendidik anak-anak. Pada akhirnya, anak-anak akan tetap merasa dicintai oleh kedua orang tuanya.


Sebenarnya, yang ditakutkan anak bukanlah broken home, tapi broken heart. Perceraian bukanlah akhir kehidupan, tapi justru awal kehidupan untuk saling berdamai, menurunkan ego, dan menghindari konflik. Jika hal tersebut bisa dilaksanakan, maka anak-anak akan tetap tumbuh bahagia walaupun orang tuanya sudah tidak bersama. Wallahua’alam bishawab. [Bendri Jaisyurrahman]


Sumber: Kanal Youtube "Oki Setiana Dewi".


Foto dari Freepik.

Tags: #parenting
POSTINGAN TERBARU
Ibu Hamil Harus Bahagia

26-06-2025

Ibu yang bahagia akan melahirkan anak yang bahagia pula. Demi mewujudkan ini, perlu dukungan suami selama masa kehamilan. Jika selama kehamilan ibu terlalu stres, kecapekan, dan banyak beban fikiran, maka akan berpengaruh ke janin.

Menjadi Ayah Hebat saat LDR

25-06-2025

Bagaimana caranya seorang ayah yang LDR tetap bisa menjalankan perannya dengan baik di keluarga?

Mendidik Adalah Tugas Orang Tua

27-05-2025

Di Indonesia, masih banyak orang tua yang menyerahkan pendidikan sepenuhnya pada sekolah.

Malu, Pondasi Dasar Pendidikan Seksualitas

20-05-2025

Rasa malu ini merupakan pondasi dasar dalam pendidikan seksualitas

Adab Pertama yang Diajarkan ke Anak

21-04-2025

Mengenai persoalan adab ini, konselor parenting dan keluarga, Ustad Bendri Jaisyurrahman menjelaskan bahwa orang tua bisa mengawali pengajaran mulai dari adab terhadap Sang Pencipta, Allah Ta’ala.

NurHidayah.ID