Selamat Datang di Laman Resmi Yayasan Nur Hidayah Surakarta

Cara Mengajarkan Anak Berani Berkata Tidak

Gambar Kosong

Salah satu ciri anak yang lemah adalah tidak bisa berkata "tidak", bahkan saat ada ajakan keburukan. Padahal kalimat Tauhid dalam Islam diawali dengan kata "tidak", la ilaaha illallah (tidak ada Tuhan selain Allah). Ini berarti kita harus berani menolak Tuhan-Tuhan yang lain sebelum mempercayai Allah Ta'ala sebagai Tuhan Yang Maha Esa.


Skill berkata "tidak" ini mampu menghindarkan anak-anak menjadi Generasi Immah’ah (ikut-ikutan) atau hanya menjadi pengikut (follower). Lalu, bagaimana cara membentuk anak yang berani berkata "tidak"? Bentuk dan perkuat self-esteem (penghargaan terhadap diri sendiri) anak melalui cara-cara berikut ini:


1. Isi penuh tangki cinta anak

Anak-anak yang berani berkata "tidak" adalah mereka yang memiliki self-esteem kuat. Berdasarkan riset para ahli, anak-anak yang memiliki self-esteem yang kuat biasanya mendapat cukup asupan cinta dan kasih sayang dari orang tuanya, baik secara verbal maupun fisik. Jika anak memiliki self-esteem yang kuat, maka mereka akan bisa mempengaruhi teman-temannya atau lingkungannya.


2. Hindari pola asuh otoriter

Pola asuh orang tua yang otoriter juga memiliki kontribusi dalam pembentukan anak yang memiliki self-esteem lemah. Ada tiga ciri anak yang mendapat pola asuh otoriter: saat bicara tidak berani menatap mata lawan bicara karena terbiasa hidup dalam ketakutan, gerakannya cenderung minimalis karena terbiasa sedikit-sedikit dilarang, dan ekspresi wajahnya datar (tidak ekspresif) karena tidak pernah diberi kesempatan mengekspresikan diri.


3. Pastikan anak memiliki fase perkembangan ego yang cukup

Usia 0-7 tahun merupakan fase perkembangan egonya anak-anak. Makanya, anak-anak biasanya memiliki sifat pelit di usia ini. Sebaiknya, ego anak di fase usia ini janganlah diintervensi. Biarkan mereka menghabiskan masa egonya hingga tuntas. Jangan mudah men-judge anak di fase ini dengan hukum-hukum syariat, misalnya: “Ayo, jangan pelit! Allah nggak suka, lho!”. Akhirnya, hal ini akan membentuk pribadi sholeh, tapi suka "nggak enakan" sama orang lain.


4. Melatih kemampuan berfikir

Salah satu cara melatih kemampuan berfikir anak adalah menghadapkan anak pada pilihan-pilihan. Asalkan pilihan itu masih dalam koridor kebaikan, biarkan anak memilih pilihannya sendiri melalui kemampuannya menganalisis sesuatu. Supaya anak memiliki daya analisis baik, maka orang tua perlu membiasakan berdiskusi dengan anak sejak kecil dalam menentukan suatu pilihan.


Wallahu’alam bi shawab. [Bendri Jaisyurrahman]


Sumber: Kanal Youtube "Fatherman".


Foto oleh Didik dari Puskomdatin YNH.

Tags: #parenting
POSTINGAN TERBARU
Ketika Pasangan Tak Sesuai Harapan

15-03-2025

Banyak orang yang mendapatkan pasangan yang tidak sesuai ekspektasi sebelum menjelang pernikahan. Inilah yang membuat seseorang berada dalam kebimbangan, apakah tetap bertahan atau berpisah?

Keahlian Ibu yang Memikat Hati Anak

14-03-2025

Seorang ibu pastinya ingin dekat dengan anak-anaknya dan selalu dirindukan oleh mereka. Tapi bagaimana caranya?

Tips Menjadi Ibu yang Nyaman Bagi Anak

13-02-2025

Seorang anak pasti ingin memiliki ibu yang memberikan kenyamanan. Ibu yang selalu ada untuk anak dan siap mendengar keluh kesahnya sehingga rumah menjadi tempat paling tenang bagi anak.

Dampak Orang Tua Kasar pada Anak

12-02-2025

Setiap orang tua pasti ingin kebaikannya selalu dikenang oleh anak. Maka orang tua perlu berlaku lemah lembut pada anak. Sejatinya, setiap manusia senang dengan kelembutan. Begitu pula dengan anak-anak.

Kebiasaan Orang Tua yang Merusak Jiwa Anak

30-01-2025

Setiap orang tua pasti menginginkan anak-anaknya tumbuh dan berkembang dengan baik serta sehat fisik dan jiwanya. Tapi sering kali para orang melakukan hal-hal yang justru merusak jiwa anak. Apa saja itu? Konselor parenting dan keluarga, Ustad Bendri Jaisyurrahman menjelaskan bahwa ada kebiasaan-kebiasaan orang tua yang bisa merusak jiwa anak, antara lain:

NurHidayah.ID