Selamat Datang di Laman Resmi Yayasan Nur Hidayah Surakarta

Charger yang Tertukar

Gambar Kosong

Ya, ini era cyber. Masa di mana gawai canggih yang berseliweran dalam beragam merk dan model sudah jadi kebutuhan pokok. Kalau nasi mengenyangkan perut, maka gawai mengenyangkan batin, khususnya bagi anak muda di zaman now. Oleh karena itu, charger amatlah dibutuhkan demi menjaga nyawa benda ini. Charger memberi energi agar gawai kesayangan kita bisa ON terus setiap hari.

Jika jiwa anak ibarat gawai, ayah semestinya menjadi charger yang memberikan energi kepada anak dalam menjalani hari yang semakin sulit. Sayangnya, banyak anak yang di saat lemah batin dan jiwanya, justru pihak lain yang menjadi charger alias motivator bagi mereka. Tengoklah anak-anak muda masa kini yang lebih termotivasi oleh pesan-pesan trainer motivasi dibandingkan ayahnya sendiri.

Padahal, apa yang disampaikan oleh si motivator sudah sering kali diwasiatkan sang ayah dengan kalimat yang meski beda, tapi maksudnya sama, “Kalau kamu malas sekolah, nggak ayah kasih uang jajan. Ingat itu!” Ternyata si anak gak merasakan efek apa-apa. Anak tetap asyik memeluk guling kesayangannya. Inilah kondisi yang disebut “charger yang tertukar.” Anak lebih termotivasi dengan petuah orang lain dibandingkan ayahnya sendiri.

Karena itu, wahai Fatherman, ganti segera kostummu! Mulai kenakan topi motivator sebagai kostum yang melekat dalam lakon Fathermanmu. Topi motivator ini sebagai pengingat bahwa ayah adalah sumber setrum utama bagi anak. Jika anak malas tak bergairah, bisa jadi karena ayah yang belum dianggap jadi motivator bagi sang buah  hati. Lalu bagaimana caranya agar ayah dianggap motivator?

Yang dibutuhkan Fatherman agar bisa jadi motivator utama bagi anak hanya dua: kredibilitas dan momentum. Kredibilitas akan membentuk ayah menjadi sosok yang layak jadi contoh dan teladan. Sosok tersebut pun akan diakui dan dibanggakan oleh sang anak. Jangan sampai ayah menyuruh anak rajin belajar, tetapi ayah sendiri jarang baca buku. Anak menganggap nasihat ayah yang tidak kredibel, cuma bualan. Nasihat tersebut tidak nyetrum karena salah charger, atau sesuai chargernya tapi KW. Nasihat tersebut tidak berfungsi memperbaiki tapi malah merusak.

Modal yang kedua adalah momentum, yakni kemampuan ayah melihat golden moment untuk memberikan setruman energi bagi anak saat mereka sedang unjuk prestasi atau berkompetisi. Inilah saat kehadiran ayah amat dinantikan. Jika ayah tak ada, prestasi yang diraih tak berarti apa-apa. Standing applause dari para khalayak tak mampu menggembirakan hatinya. Inilah penyebab lambat laun anak-anak kekurangan motivasi.

Kemampuan Fatherman sebagai motivator utama bagi anak ibarat gawai dan charger yang tak bisa dipisahkan. Dua hal tersbut sudah menjadi satu paket saat awal membelinya. Anak yang jiwanya terkulai lemah, sejatinya sedang low battery dan butuh diisi ulang. Segera ambil kesempatan itu, agar tak ada I lain yang menikung. Charger merk lain memang banyak yang bagus dan layak dicoba. Tapi charger yang orisinil tetaplah ayahnya, sang Fatherman. Lagipula, buat anak, kok, coba-coba! [Sumber: Fatherman/Bendri Jaisyurrahman]


Foto oleh Steve Johnson dari Pexels.

Tags: #parenting
POSTINGAN TERBARU
LDM dalam Perspektif Islam

28-09-2024

Dalam pernikahan, sering kali ada pasangan yang dihadapkan dengan kondisi harus tinggal berjauhan atau dalam istilah kekinian disebut LDM (Long Distance Marriage).

Penyebab Perselingkuhan

25-09-2024

Di zaman modern ini, kasus perselingkuhan semakin meningkat. Berkembang pesatnya media sosial semakin memudahkan kasus-kasus ini sering terjadi. Pelakunya pun sudah tidak hanya dari pihak laki-laki saja, tapi juga dari pihak wanita.

Tips Agar Anak Tidak Terdampak Pasca Perceraian

29-08-2024

Paska orang tua bercerai, kondisi rumah akan berubah. Perubahan yang tidak lagi dilandasi adab-adab akan berdampak pada anak-anak. Mereka menjadi lebih sensitif, baper, mudah tersinggung, dan mudah marah. Lalu, bagaimana cara mencegahnya?

Tips Mengobati Luka Pengasuhan dari Orang Tua

22-08-2024

Birul wa lidain versi Islam adalah berikut ini: jika orang tuaku baik, maka aku akan baik. Tapi, jika orang tuaku jahat, maka aku akan tetap baik. Hal ini sesuai dengan pesan yang tertulis dalam Q.S. Al-Isra’: 23.

Tips Agar Anak Tidak Menjadi Pelaku atau Korban Bullying

26-07-2024

Akhir-akhir ini, kita cukup dikejutkan dengan kasus-kasus bullying dalam pesantren. Akhirnya, hal ini menjadi ‘momok’ tersendiri bagi masyarakat yang ingin memasukkan anaknya ke pesantren. Sebenarnya ada apa dengan pesantren kita saat ini?

NurHidayah.ID