Selamat Datang di Laman Resmi Yayasan Nur Hidayah Surakarta

Saatnya Bermain Bersama Ayah

Gambar Kosong

Manusia adalah makhluk bermain. Pernyataan ini dipopulerkan oleh Johan Huizinga, seorang sejarawan asal Belanda. Sebagai seorang yang beragama, tentu kita tidak sepenuhnya sepakat dengan pernyataan ini. Kesannya, manusia itu tidak ada aktivitas lain kecuali untuk bermain saja di dunia. Gila apa, hidup cuma buat main-main, doang?! Udah gitu berharap pas mati bisa masuk surga. Emang situ punya orang dalam? Hehe.


Mungkin istilah yang lebih tepat seharusnya manusia itu makhluk yang senang bermain. Dengan kata lain, bermain menjadi salah satu kebutuhan hidup manusia di antara kebutuhan lainnya. Dan yang namanya kebutuhan tentu ada kadarnya. Jika kekurangan, hati menjadi resah. Jika berlebihan, malah menambah masalah. Sebab, sesuatu yang berlebihan sering bikin masalah. Berat badan contohnya. Hehe.

Dengan bermain, hidup jadi lebih dinamis dan tidak monoton, apalagi bagi anak-anak. Dunianya tak lepas dari permainan. Makanya, banyak dari mereka disekolahkan di play group. Intinya, hak anak untuk bermain, mau tak mau harus dipenuhi. Jika ditolak, ia akan mencari celah jalan keluar sendiri. Ketika di rumah dilarang, anak mencoba cari-cari kesempatan di luar untuk puaskan kebutuhan dirinya akan permainan.


Nah, di sinilah ayah mulai beraksi. Ayah harus memfasilitasi kebutuhan anak untuk bermain. Tak perlu keluar uang banyak. Cukup sediakan diri dan waktu yang optimal untuk berinteraksi bersama anak. Sebab, badan ayah pun sudah bisa jadi bahan permainan yang asyik bagi anaknya. Hal ini pernah dilakukan Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wa sallam saat bermain dengan Bani Abbas.


Beberapa anak dari Abbas bin Abdul Mutholib yakni Abdullah, Ubaidillah, dan Katsir  dikumpulkan dan diajak bermain oleh Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wa sallam. Beliau mengatakan siapa yang dapat memegang tubuhnya, akan dapat hadiah. Maka berebutanlah mereka mengejar Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wa sallam. Ada yang berhasil memegang punggungnya dan ada juga yang memegang dada. Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wa sallam pun memeluk mereka dan memberi hadiah. Ini adalah momen berharga dan berkesan bagi anak.


Poin penting dari kisah di atas adalah bahwa bermain dengan anak bukanlah sebuah aib, terlebih dianggap menjatuhkan kehormatan seorang ayah. Justru ini adalah sebuah bentuk kemuliaan. Sebab Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wa sallam pun melakukannya. Selain itu, bermain dengan anak bisa menjadi momen mengasyikkan dan berkesan bagi anak jika dilakukan dengan beberapa prinsip: fokus bermain dengan anak, jangan mengandalkan media, melakukan kontak fisik, dan memberi hadiah.


Itulah panduan bagi ayah yang tengah menjalani lakon Fatherman agar bisa memiliki skill mengikat hati anak. Maka dari itu, tak ada lagi anak yang kecanduan TV dan gawai serta betah nongkrong di rental playstation. Soalnya, kebutuhan main anak dipenuhi oleh sang ayah. Ayah yang siap bermain inilah yang disebut “ayah hebat bukan main.


Namun, ini hanya berlaku saat bersama dengan anak. Jangan keasyikan bermain saat ayah bekerja. Bisa dipotong gajinya oleh atasan. Kecuali kalau pekerjaan ayah memang sebagai badut ulang tahun. Tentu bermain adalah kewajiban yang mesti ditunaikan, baik di rumah maupun di luar. Just kidding! Hehe. Selamat bermain! [Fatherman/Bendri Jaisyurrahman]


Foto oleh RODNAE Productions dari Pexels.

Tags: #parenting
POSTINGAN TERBARU
LDM dalam Perspektif Islam

28-09-2024

Dalam pernikahan, sering kali ada pasangan yang dihadapkan dengan kondisi harus tinggal berjauhan atau dalam istilah kekinian disebut LDM (Long Distance Marriage).

Penyebab Perselingkuhan

25-09-2024

Di zaman modern ini, kasus perselingkuhan semakin meningkat. Berkembang pesatnya media sosial semakin memudahkan kasus-kasus ini sering terjadi. Pelakunya pun sudah tidak hanya dari pihak laki-laki saja, tapi juga dari pihak wanita.

Tips Agar Anak Tidak Terdampak Pasca Perceraian

29-08-2024

Paska orang tua bercerai, kondisi rumah akan berubah. Perubahan yang tidak lagi dilandasi adab-adab akan berdampak pada anak-anak. Mereka menjadi lebih sensitif, baper, mudah tersinggung, dan mudah marah. Lalu, bagaimana cara mencegahnya?

Tips Mengobati Luka Pengasuhan dari Orang Tua

22-08-2024

Birul wa lidain versi Islam adalah berikut ini: jika orang tuaku baik, maka aku akan baik. Tapi, jika orang tuaku jahat, maka aku akan tetap baik. Hal ini sesuai dengan pesan yang tertulis dalam Q.S. Al-Isra’: 23.

Tips Agar Anak Tidak Menjadi Pelaku atau Korban Bullying

26-07-2024

Akhir-akhir ini, kita cukup dikejutkan dengan kasus-kasus bullying dalam pesantren. Akhirnya, hal ini menjadi ‘momok’ tersendiri bagi masyarakat yang ingin memasukkan anaknya ke pesantren. Sebenarnya ada apa dengan pesantren kita saat ini?

NurHidayah.ID