Selamat Datang di Laman Resmi Yayasan Nur Hidayah Surakarta

Pentingnya Visi & Misi Keluarga

Gambar Kosong

Melihat kembali tugasnya sebagai kepala sekolah, maka seorang ayah jangan bosan mengevaluasi pengasuhan anak-anak. Evaluasi pun harus berdasarkan visi-misi orang tua. Sulit rasanya mengevaluasi kalau visi dan misi saja tak ada. Bukannya evaluasi, malah jadi ilusi. Yang ada malah menyalahkan pasangan dengan bilang, “Gara-gara elu, sih!” Repot, kan?”


Oleh karena itu, rumuskan kembali visi dan misi sebagai orang tua. Inti dari visi pengasuhan ada dua: membebaskan anak dari api Neraka dan membawa mereka ke Surga. Jika Surga menjadi tujuan, maka jelaslah bahwa orientasi Akhirat harus dijadikan standar evaluasi utama pengasuhan. Jadi, tujuannya bukan lagi sekedar bagaimana anak lulus UN, jago main biola, masuk universitas ternama, dan menjadi orang kaya. 


Lantas, bagaimana cara kita mengevaluasi pengasuhan anak-anak kita? Ibnu Jarir Ath Thobari pernah berujar, “dialog sesama rakyat menunjukkan visi asli pemimpinnya.” Hal tersebut beliau sandarkan kepada tiga khalifah di zaman Dinasti Umayyah: Sulaiman bin Abdul Malik, Walid bin Abdul Malik, dan Umar bin Abdul Aziz. 


Pada zaman Sulaiman bin Abdul Malik, pembicaraan rakyat senantiasa dimulai dengan kalimat, “anak sudah berapa?”, “istri kok masih satu?”, “cucumu sudah bisa apa?” Semua tema tak jauh dari seputar pernikahan dan keluarga. Setelah ditelusuri, Sulaiman memang menjadikan pernikahan sebagai program utama. 


Pada zaman Walid bin Abdul Malik, obrolan rakyat mulai berubah tema. “Rumah sudah berapa?”, “tanah punya berapa hektar?”, serta pertanyaan-pertanyaan sejenis seputar kekayaan. Setelah ditelusuri, ternyata Walid memang dikenal sebagai pemimpin yang sangat concern dalam masalah kekayaan dan pembangunan. 


Namun, lihatlah di zaman Umar bin Abdul Aziz. Setiap obrolan sesama rakyat selalu tentang urusan agama. “Kamu sudah hafal Al-Qur’an?”, “Apakah kamu puasa hari ini?”, “Hafalanmu sudah berapa juz?” Hal tersebut terjadi karena Umar adalah pemimpin yang sangat perhatian dalam urusan Akhirat dan menjadikan agama sebagai inti pembicaraan. 


Dari uraian di atas, kita bisa mengambil pelajaran untuk keluarga kita. Apa yang sering dibicarakan antar anak menunjukkan visi asli kita sebagai ayahnya. Anak ibarat rakyat dan ayah adalah pemimpinnya.


Jika anak lebih banyak membicarakan seputar makanan, itu mungkin karena ayahnya seorang penikmat wisata kuliner yang hobinya jajan. Kalau anak lebih banyak membicarakan isi uang tabungan, kemungkinan ayahnya dikenal sebagai pemburu kekayaan. 


Intinya, pasang telinga lebar-lebar lalu dengarkan pembicaraan anak kita dari sekarang. Dari lisan merekalah, kita bisa mengevaluasi pengasuhan kita. Jika mereka jarang membicarakan masalah agama, itu tanda bahwa pengasuhan belum berjalan sebagaimana mestinya. 


Jika itu terjadi, jangan ragu untuk segera kenalkan visi ayah secara terbuka kepada anak. Contohnya dengan mengatakan, “Kita masuk Surga bareng, yuk!”


Pada akhirnya, teruslah sosialisasikan visi Surga ke anak. Kelak, mereka pun akan tahu keseriusan kita dalam mengasuh mereka. Insya Allah. [Bendri Jaisyurrahman]


Sumber: Fatherman 2.

Tags: #parenting
POSTINGAN TERBARU
LDM dalam Perspektif Islam

28-09-2024

Dalam pernikahan, sering kali ada pasangan yang dihadapkan dengan kondisi harus tinggal berjauhan atau dalam istilah kekinian disebut LDM (Long Distance Marriage).

Penyebab Perselingkuhan

25-09-2024

Di zaman modern ini, kasus perselingkuhan semakin meningkat. Berkembang pesatnya media sosial semakin memudahkan kasus-kasus ini sering terjadi. Pelakunya pun sudah tidak hanya dari pihak laki-laki saja, tapi juga dari pihak wanita.

Tips Agar Anak Tidak Terdampak Pasca Perceraian

29-08-2024

Paska orang tua bercerai, kondisi rumah akan berubah. Perubahan yang tidak lagi dilandasi adab-adab akan berdampak pada anak-anak. Mereka menjadi lebih sensitif, baper, mudah tersinggung, dan mudah marah. Lalu, bagaimana cara mencegahnya?

Tips Mengobati Luka Pengasuhan dari Orang Tua

22-08-2024

Birul wa lidain versi Islam adalah berikut ini: jika orang tuaku baik, maka aku akan baik. Tapi, jika orang tuaku jahat, maka aku akan tetap baik. Hal ini sesuai dengan pesan yang tertulis dalam Q.S. Al-Isra’: 23.

Tips Agar Anak Tidak Menjadi Pelaku atau Korban Bullying

26-07-2024

Akhir-akhir ini, kita cukup dikejutkan dengan kasus-kasus bullying dalam pesantren. Akhirnya, hal ini menjadi ‘momok’ tersendiri bagi masyarakat yang ingin memasukkan anaknya ke pesantren. Sebenarnya ada apa dengan pesantren kita saat ini?

NurHidayah.ID