Berbeda Tapi Tetap Harmonis
Perbedaan adalah sebuah sunnatullah. Sesuatu yang memang sudah semestinya ada. Bayi kembar identik sekalipun, pasti tetap ada perbedaan antara keduanya meskipun kecil. Begitu pun saat hidup berdampingan dengan siapapun, juga akan mengalami perbedaan. Bisa beda dalam hal pemikiran, prinsip, selera, pendapat, kebiasaan, karakter, dan sebagainya. Hal ini tentu saja akan rawan konflik jika sifat egois mendominasi.
Begitu pula saat hidup bersama mertua, perbedaan itu pasti ada. Tapi justru dengan perbedaan inilah, kita jadi mengenal konsep adaptasi, yakni belajar menyesuaikan dengan hal baru yang kita alami. Walaupun begitu, tentu saja hal ini butuh proses dalam penyesuaiannya. Masing-masing orang tentunya berbeda dalam prosesnya, tergantung karakter masing-masing, situasi kondisi, serta dukungan dari pasangan.
Seperti yang dialami Nofrida Aryani Puspitasari, seorang penggiat parenting, seni, dan literasi saat awal-awal hidup di rumah mertua. Beliau mengaku sebagai orang baru di lingkungan keluarga besar suami, mau tidak mau dia lah yang harus memiliki inisiatif untuk mengenali keunikan di lingkungan barunya. Tak hanya itu, ia juga mendiskusikan ini dengan suami yang notabene jauh lebih memahami karakter dan kebiasaan orang tuanya.
Idho, begitu sapaan akrabnya, mengaku jika memang dirinya merupakan pribadi yang menyukai hal-hal baru seperti saat awal masuk dalam keluarga suami. Meskipun tantangannya juga banyak, termasuk berproses mengenali mertua. Ia meyakini dalam hal baru tersebut terkandung banyak ilmu baru dan hal yang menarik. Ternyata sifat suka “kepo” itu bisa menjadi penolongnya dalam menghadapi situasi dan kondisi baru.
“Menurut saya, sepanjang perbedaan itu bukan sesuatu yang sangat prinsip, misalnya terkait akidah, pendidikan anak, dan lainnya, saya memilih menghormati dan mempersilakan mertua dengan pilihannya. Apalagi kalau sudah sampai ranah selera, itu tidak bisa dipaksakan lagi. Hanya toleransi lah yang kemudian saya kedepankan. Tak jarang, justru saya dan suami ikut mendukung mertua terkait selera dan pilihannya,” kata Idho.
Bagaimana dengan seleranya? Idho mengaku, sebisa mungkin ia tetap berkomunikasi dengan mertua terkait hal ini. Bagi orang berkarakter “pekewuh” alias sungkan, barangkali ini tidak mudah. Kadang kala, ia pun terjebak dalam kondisi seperti itu. Akhirnya ia memilih berkomunikasi lagi dengan suami. Pada waktu yang tepat nanti, biasanya suami akan membantu menjembatani ini dengan menyampaikan kepada mertua.
Saat berkomunikasi dengan mertua, Idho memberikan sedikit tips, “Saat berbincang dengan mertua, biasanya saya memposisikan diri sebagai pendengar aktif. Menyimak sambil sesekali menimpali. Walaupun sebenarnya cerita itu sudah sering disampaikan berkali-kali, tapi tetap dengarkan saja. Jangan dikomentari dengan hal-hal yang menunjukkan kita sudah mendengar sebelumnya, karena itu akan menyinggung beliau.” [Noviana Sari]
Foto oleh Alena Darmel dari Pexels.
Tips Mengatasi Anak yang Suka Berbohong
#parenting29-11-2024
Pastinya kita menginginkan anak keturunan kita memiliki akhlak seperti penghuni surga yang selalu berkata jujur dan tidak suka berbohong. Pada umumnya, ada dua macam kebohongan yang sering dilakukan anak-anak, yaitu
Cara Menjaga Kesehatan Keluarga
#parenting26-11-2024
Ada tujuh hal yang harus dibangun dalam keluarga agar kesehatan mental tetap terjaga. Diantaranya adalah insight, independent, relationship, initiative, creativity, humor, dan spirituality.
Ciri-Ciri Generasi Lemah
#parenting28-10-2024
Surat An-Nisa ayat 9 merupakan peringatan bagi para orang tua yang seharusnya takut jika meninggalkan generasi yang lemah (Dzurriyyatan dhi'aafan). Kata "Dhi'aafan" berasal dari kata dasar "Dho'ifan" yang artinya lemah secara psikis.
Cara Berkomunikasi dengan Anak
#parenting17-10-2024
Akar permasalahan anak yang susah dinasehati adalah pola komunikasi yang kurang tepat dari orang tua ke anak. Lalu, bagaimana sebenarnya pola komunikasi orang tua ke anak yang tepat menurut Islam?
Long Distance Marriage dalam Islam
#parenting28-09-2024
Dalam pernikahan, sering kali ada pasangan yang dihadapkan dengan kondisi harus tinggal berjauhan atau dalam istilah kekinian disebut LDM (Long Distance Marriage). Lalu, bagaimana Islam memandang LDM?