Cara Melatih Anak Mengelola Emosi
![Cara Melatih Anak Mengelola Emosi Gambar Kosong](https://nurhidayah.id/file/syiar/Syiar-1708502659-21022024.jpg)
Salah satu skill yang harus diajarkan orang tua kepada anak
adalah skill mengendalikan marah. Jangan sampai anak tidak menguasai skill
ini lalu menjadi pribadi yang bersumbu pendek. Dikit-dikit ngamuk, dikit-dikit pukul. Jika anak tidak pandai mengelola emosinya,
tentu ini bisa menimbulkan banyak masalah di masa mendatang.
Penting sekali para orang tua membentuk anak menjadi pribadi
yang tegas, tapi tidak pemarah. Sifat tegas menunjukkan jiwa yang sakinah. Anak
yang cerdas secara emosi, ia akan menjadi pribadi yang menyenangkan dan tidak
menimbulkan trauma bagi orang lain. Lalu, bagaimana cara melatih anak mengelola
emosi?
1. Pembentukan jiwa anak bermula sejak dalam kandungan
Sebenarnya, ketenangan jiwa anak bermula saat dalam
kandungan. Jika ibunya mengandung dengan perasaan tenang dan bahagia, maka
emosi janin cenderung lebih stabil. Beberapa penelitian medis pun sudah membuktikan
bahwa ibu hamil yang bahagia akan melahirkan anak yang bahagia pula. Jadi, ibu
hamil usahakan jangan stres dan harus bahagia.
2. Mencurahkan kasih sayang pada anak
Anak yang mendapatkan asupan kasih sayang yang cukup dari
orang tua dan orang-orang sekitarnya, maka jiwanya akan lebih tenang dan
tidak temperamental. Sebaliknya, anak yang sering mendapatkan luapan emosi
negatif dari orang-orang sekitarnya, maka ia akan tumbuh menjadi sosok yang pemarah.
Sejatinya, anak adalah peniru yang ulung.
3. Membantu anak mengenali perasaannya
Orang tua bisa membantu anak mengenali ragam perasaannya. Misalnya
ketika anak tantrum, orang tua bisa mengatakan, “adik lagi marah, ya, sama
Bunda?” atau “adik kecewa, ya, karena nggak dibelikan mainan?”. Dari sini, anak
akan belajar mengenali perasaan yang sedang ia rasakan dan belajar
mengungkapkan perasaannya itu. Sehingga ketika anak marah, ia tidak akan
melampiaskan lewat anggota tubuhnya dengan mendorong, memukul, dan
kekerasan-kerasan fisik lainnya.
4. Melatih daya analisis anak orang
Orang tua perlu melatih kemampuan anak menganalisis sesuatu
dengan sering mengajak berdiskusi. Dalam diskusi, sering-seringlah bertanya,
“bagaimana pendapatmu, Nak?”. Hal ini akan merangsang otak anak dalam menganalisis suatu
masalah. Sehingga ketika anak bertemu dengan seseorang yang tutur kata atau
perilakunya memancing emosinya, ia akan lebih mudah menetralisir emosinya dari
sudut pandang logika.
5. Mengasah jiwa empati anak
Lawan marah adalah empati. Supaya anak bisa mengontrol emosi, latihlah anak untuk berempati. Orang tua bisa sering mengajak anak melihat orang-orang yang kehidupannya lebih susah, lalu katakan, “Kasihan, ya, bapak itu. Sudah tua tapi masih harus bekerja”. Dengan begini, anak akan terlatih melihat masalah dari sudut pandang orang lain. [Bendri Jaisyurrahman]
Sumber: Kanal Youtube "Fatherman".
Foto oleh Didik dari Puskomdatin YNH.
Tips Agar Anak Tidak Menjadi Pelaku dan Korban Bullying
#parenting26-07-2024
Beberapa akhir-akhir ini, kita cukup dikejutkan dengan kasus-kasus bullying dalam pesantren. Akhirnya, hal ini menjadi ‘momok’ tersendiri bagi masyarakat yang ingin memasukkan anaknya ke pesantren. Sebenarnya ada apa dengan pesantren kita saat ini?
Pemicu Stres pada Ibu
#parenting24-07-2024
Dalam kehidupan sehari-hari, pastinya ibu pernah merasakan stres. Stres yang berkepanjangan akan membuat ibu menjadi depresi dan berdampak buruk bagi anak. Anak yang diasuh oleh ibu yang stres, membuat jiwanya gelisah. Anak yang jiwanya selalu gelisah, ia akan lebih mudah insecure
Tips Menjadi Single Parent yang Tangguh
#parenting29-06-2024
Bagaimana cara menjadi menjadi single parent yang tangguh dan tetap bisa mendidik anak-anak menjadi generasi yang berkualitas? Ustad Bendri Jaisyurrahman menjelaskan bahwa dalam mendidik anak, seorang single parent harus memenuhi dua kebutuhan anak yang tidak didapat seperti keluarga yang utuh, yaitu:
Jadikan Suasana Rumah Penuh Canda Tawa
#parenting29-06-2024
Nah, keluarga yang bervisi surga jangan sampai tidak mencerminkan kebiasaan penduduk surga yang suka bercakap-cakap. Jangan sampai keluarga kita kondisinya seperti terminal yang semua orang di dalamnya sibuk dengan urusan masing-masing dan jarang ‘ngobrol’.
Menjadi Ayah yang Dirindukan
#parenting31-05-2024
Dalam khazanah Islam, banyak dikisahkan ayah-ayah yang sibuk dan jarang pulang, tapi bisa membuat anaknya kagum dan mengidolakan mereka, seperti Nabi Ibrahim pulang setahun sekali, Abdullah bin Qosim pulang 17 tahun sekali, panglima perang Farrukh pulang 30 tahun sekali. Tapi dari ayah-ayah hebat yang jarang pulang ini membuat anak-anaknya kagum dengan sosok ayah dan mengikuti jejak ayahnya.