Cara Melatih Anak Mengelola Emosi
Salah satu skill yang harus diajarkan orang tua kepada anak
adalah skill mengendalikan marah. Jangan sampai anak tidak menguasai skill
ini lalu menjadi pribadi yang bersumbu pendek. Dikit-dikit ngamuk, dikit-dikit pukul. Jika anak tidak pandai mengelola emosinya,
tentu ini bisa menimbulkan banyak masalah di masa mendatang.
Penting sekali para orang tua membentuk anak menjadi pribadi
yang tegas, tapi tidak pemarah. Sifat tegas menunjukkan jiwa yang sakinah. Anak
yang cerdas secara emosi, ia akan menjadi pribadi yang menyenangkan dan tidak
menimbulkan trauma bagi orang lain. Lalu, bagaimana cara melatih anak mengelola
emosi?
1. Pembentukan jiwa anak bermula sejak dalam kandungan
Sebenarnya, ketenangan jiwa anak bermula saat dalam
kandungan. Jika ibunya mengandung dengan perasaan tenang dan bahagia, maka
emosi janin cenderung lebih stabil. Beberapa penelitian medis pun sudah membuktikan
bahwa ibu hamil yang bahagia akan melahirkan anak yang bahagia pula. Jadi, ibu
hamil usahakan jangan stres dan harus bahagia.
2. Mencurahkan kasih sayang pada anak
Anak yang mendapatkan asupan kasih sayang yang cukup dari
orang tua dan orang-orang sekitarnya, maka jiwanya akan lebih tenang dan
tidak temperamental. Sebaliknya, anak yang sering mendapatkan luapan emosi
negatif dari orang-orang sekitarnya, maka ia akan tumbuh menjadi sosok yang pemarah.
Sejatinya, anak adalah peniru yang ulung.
3. Membantu anak mengenali perasaannya
Orang tua bisa membantu anak mengenali ragam perasaannya. Misalnya
ketika anak tantrum, orang tua bisa mengatakan, “adik lagi marah, ya, sama
Bunda?” atau “adik kecewa, ya, karena nggak dibelikan mainan?”. Dari sini, anak
akan belajar mengenali perasaan yang sedang ia rasakan dan belajar
mengungkapkan perasaannya itu. Sehingga ketika anak marah, ia tidak akan
melampiaskan lewat anggota tubuhnya dengan mendorong, memukul, dan
kekerasan-kerasan fisik lainnya.
4. Melatih daya analisis anak orang
Orang tua perlu melatih kemampuan anak menganalisis sesuatu
dengan sering mengajak berdiskusi. Dalam diskusi, sering-seringlah bertanya,
“bagaimana pendapatmu, Nak?”. Hal ini akan merangsang otak anak dalam menganalisis suatu
masalah. Sehingga ketika anak bertemu dengan seseorang yang tutur kata atau
perilakunya memancing emosinya, ia akan lebih mudah menetralisir emosinya dari
sudut pandang logika.
5. Mengasah jiwa empati anak
Lawan marah adalah empati. Supaya anak bisa mengontrol emosi, latihlah anak untuk berempati. Orang tua bisa sering mengajak anak melihat orang-orang yang kehidupannya lebih susah, lalu katakan, “Kasihan, ya, bapak itu. Sudah tua tapi masih harus bekerja”. Dengan begini, anak akan terlatih melihat masalah dari sudut pandang orang lain. [Bendri Jaisyurrahman]
Sumber: Kanal Youtube "Fatherman".
Foto oleh Didik dari Puskomdatin YNH.
Ciri-Ciri Generasi Lemah
#parenting28-10-2024
Surat An-Nisa ayat 9 merupakan peringatan bagi para orang tua yang seharusnya takut jika meninggalkan generasi yang lemah (Dzurriyyatan dhi'aafan). Kata "Dhi'aafan" berasal dari kata dasar "Dho'ifan" yang artinya lemah secara psikis.
Cara Berkomunikasi dengan Anak
#parenting17-10-2024
Akar permasalahan anak yang susah dinasehati adalah pola komunikasi yang kurang tepat dari orang tua ke anak. Lalu, bagaimana sebenarnya pola komunikasi orang tua ke anak yang tepat menurut Islam?
Long Distance Marriage dalam Islam
#parenting28-09-2024
Dalam pernikahan, sering kali ada pasangan yang dihadapkan dengan kondisi harus tinggal berjauhan atau dalam istilah kekinian disebut LDM (Long Distance Marriage). Lalu, bagaimana Islam memandang LDM?
Penyebab Perselingkuhan
#parenting25-09-2024
Di zaman modern ini, kasus perselingkuhan semakin meningkat. Pelakunya pun sudah tidak hanya dari pihak laki-laki saja, tapi juga dari pihak wanita. Apa yang salah Sebenarnya pada keluarga-keluarga modern saat ini hingga mudah berpaling dari pasangan?
Tips Agar Anak Tidak Terdampak Pasca Perceraian
#parenting29-08-2024
Paska orang tua bercerai, kondisi rumah akan berubah. Perubahan yang tidak lagi dilandasi adab-adab akan berdampak pada anak-anak. Mereka menjadi lebih sensitif, baper, mudah tersinggung, dan mudah marah. Lalu, bagaimana cara mencegahnya?