Selamat Datang di Laman Resmi Yayasan Nur Hidayah Surakarta

Memilihkan Sekolah untuk Anak

Gambar Kosong

Banyak orang tua yang kebingungan memilihkan sekolah untuk anaknya. Banyak pula yang merasa hasil dari didikan sekolah yang telah dipilih tidak sesuai dengan harapan orang tua. Sebelumnya, orang tua harus menyadari bahwa membentuk karakter dan adab anak adalah tugas mereka. Sedangkan, sekolah adalah partner orang tua dalam mendidik anak.

 

Dalam Islam, boleh saja orang tua meminta bantuan sekolah dalam mendidik anak-anaknya dengan tiga alasan: orang tua takut anaknya terpengaruh lingkungan buruk di sekitarnya, orang tua memiliki tugas besar di luar rumah sehingga tidak bisa maksimal dalam mendampingi anak-anak, dan orang tua belum menguasai ilmu-ilmu tertentu yang ingin diajarkan ke anak.

 

Tapi anehnya, sekarang ini banyak orang tua yang sebenarnya tidak ada alasan mendesak, tapi terburu-buru menyerahkan anak ke sekolah sejak usia dini. Padahal sebelum anak sekolah, orang tua harus memenuhi kebutuhan dasar anak dulu yaitu kebutuhan kasih sayang dari orang tuanya. Orang tua harus melekatkan diri dulu dengan anak-anaknya, sehingga secara psikologis mereka merasa tenang dan nyaman bersama orang tuanya.

 

Jika kebutuhan dasarnya anak tidak terpenuhi secara penuh dari orang tuanya, ditambah lagi porsi waktu di sekolah saat ini lebih lama dibandingkan waktu bersama orang tua, maka akan menghasilkan anak-anak yang hanya cerdas secara akal (IQ), tapi lemah dari sisi emosinya. Apalagi, saat ini banyak orang tua yang ikut-ikutan tren memasukkan anak ke pesantren sejak usia dini.

 

“Saya mengamati di pesantren itu ada dua macam santri: santri ideologis dan santri tragis.  Santri ideologis jika ditanya alasan masuk pesantren, mereka akan menjawab, “aku ingin jadi ulama, aku ingin jadi Imam Masjidil Haram, aku ingin berdakwah, dan sebagainya”. Begitulah jawaban umum santri ideologis,” ucap Ustadz Bendri Jaisyurrahman.

 

“Tapi, jika santri tragis ditanya alasan masuk pesantren, mereka akan menjawab, “Ibuku repot, ayahku sibuk. Katanya aku anak nakal, makanya dimasukin ke pesantren ini biar tobat, dan sebagainya”.

 

Dari kasus ini, kita bisa menarik kesimpulan supaya kita jangan menjadi orang tua yang hanya ikut-ikutan trend memasukkan anak ke sekolah tertentu. Orang tua harus punya roadmap pendidikan untuk masing-masing anak yang disesuaikan dengan karakter dan potensi anak. Seperti yang dilakukan Sultan Murad II yang meminta anaknya, Muhammad Al-Fatih, untuk dididik menjadi seseorang yang bisa menakhlukkan Benteng Konstantinopel.

 

Jadi sebelum menyekolahkan anak, orang tua harus punya roadmap pendidikan, Mau dididik jadi apa anakku?Roadmap itu nanti yang akan menentukan sekolah mana yang cocok untuk masing-masing anak. “Saya tak bisa bisa menjawab jika ditanya orang tua tentang rekomendasi sekolah yang baik untuk anak-anaknya”, terang Ustadz Bendri Jaisyurrahman. Pada dasarnya, memilih sekolah itu berdasarkan kebutuhan orang tua dan anak.

 

Misalnya, orang tua ingin di masa usia dini anak laki-lakinya mendapatkan figur laki-laki sebagai pengganti ayah, karena kondisi ayahnya yang sibuk bekerja dan jarang bisa pulang ke rumah. Sedangkan di rumah, hanya ada sosok wanita semua yaitu ibu dan adik-adik perempuannya. Maka dalam kondisi ini, fokusnya adalah mencari sekolah PAUD yang guru laki-lakinya cukup banyak.

 

Sehingga, sejatinya tidak ada sekolah yang baik atau buruk dari sisi kurikulum karena masing-masing sekolah menyajikan menu sesuai kebutuhan anak dan orang tua. Fokuslah mengikuti roadmap masing-masing keluarga. Jika tidak memiliki roadmap, maka orang tua hanya akan ikut-ikutan tren. Misalnya, anak-anak lain masuk sekolah tahfidz, lalu orang tua ikut-ikutan juga memasukkan anaknya ke sekolah tahfidz.

 

Padahal, setiap anak potensinya berbeda-beda. Tidak semua anak potensinya menghafal Al Qur’an. Sebagaimana Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam mendidik para sahabat sesuai potensinya masing-masing. Khalid bin Walid dididik Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam untuk menjadi panglima perang, tapi hafalannya sedikit. Abdurrahman bin Auf yang dididik menjadi pebisnis yang handal, tapi di beberapa sisi juga ada kekurangan.

 

Jadi wahai para orang tua, pertama yang dilakukan adalah buatlah roadmap untuk anak-anakmu. Lalu, carikan sekolah yang tepat dan bisa menfasilitasi roadmapmu. Sampaikan roadmapmu itu kepada sekolah. Jika sekolah tersebut tidak sanggup menjalankan roadmapmu, berarti sekolah itu tidak tepat. Bukan berarti sekolah itu tidak baik, hanya saja prioritas sekolah itu berbeda dengan orang tua.  

 

Faktor lain yang tak kalah penting dalam memilih sekolah adalah gurunya. Kurikulum ibarat senjata dan guru ibarat pendekarnya. Sehebat apa pun kurikulum, tapi jika gurunya tidak berkompeten menjalankannya, maka tujuan pendidikan tak akan tercapai. Lihatlah apakah gurunya kompeten/bersertifikasi di bidangnya dan apakah gurunya bahagia? Kebahagiaan guru akan menular ke anak-anak didiknya. [Bendri Jaisyurrahman]

 

Sumber: Kanal Youtube ‘Rumil Al-Hilya’

 

Foto oleh Didik dari Humas YNH.

Tags: #parenting
POSTINGAN TERBARU
Tips Mengatasi Anak yang Suka Berbohong

29-11-2024

Pastinya kita menginginkan anak keturunan kita memiliki akhlak seperti penghuni surga yang selalu berkata jujur dan tidak suka berbohong. Pada umumnya, ada dua macam kebohongan yang sering dilakukan anak-anak, yaitu

Cara Menjaga Kesehatan Keluarga

26-11-2024

Ada tujuh hal yang harus dibangun dalam keluarga agar kesehatan mental tetap terjaga. Diantaranya adalah insight, independent, relationship, initiative, creativity, humor, dan spirituality.

Ciri-Ciri Generasi Lemah

28-10-2024

Surat An-Nisa ayat 9 merupakan peringatan bagi para orang tua yang seharusnya takut jika meninggalkan generasi yang lemah (Dzurriyyatan dhi'aafan). Kata "Dhi'aafan" berasal dari kata dasar "Dho'ifan" yang artinya lemah secara psikis.

Cara Berkomunikasi dengan Anak

17-10-2024

Akar permasalahan anak yang susah dinasehati adalah pola komunikasi yang kurang tepat dari orang tua ke anak. Lalu, bagaimana sebenarnya pola komunikasi orang tua ke anak yang tepat menurut Islam?

Long Distance Marriage dalam Islam

28-09-2024

Dalam pernikahan, sering kali ada pasangan yang dihadapkan dengan kondisi harus tinggal berjauhan atau dalam istilah kekinian disebut LDM (Long Distance Marriage). Lalu, bagaimana Islam memandang LDM?

NurHidayah.ID