Selamat Datang di Laman Resmi Yayasan Nur Hidayah Surakarta

Waspada Toxic Parenting!

Gambar Kosong

Janganlah belajar ilmu parenting hanya untuk senjata mengevaluasi orang tua dan melabelinya toxic. Tapi, jadikan ilmu parenting menjadi sarana perbaikan agar kita bisa menjadi orang tua yang lebih baik dari orang tua kita dulu. Walaupun orang tua kita pernah melakukan kesalahan dan kekhilafan dari sisi parenting atau agama, sikap selalu mengkambing hitamkan pola asuh orang tua kita bukanlah adab Islam yang baik.


Berbicara masalah toxic parenting, tentu tak lepas dari perilaku orang tua yang membuat anak-anak terluka jiwanya. Dalam hal ini, sikap orang tua yang disoroti umumnya adalah sikap yang kasar, buruk, dan menyakiti. Tapi, menurut Ustadz Bendri tidak selalu seperti itu. Kadang ada orang tua yang mengasuh anak dengan kelembutan, tapi konten yang disampaikan bertentangan dengan syariat. Sikap itu juga termasuk toxic.


Sebagai contoh, ada orang tua yang mengatakan, “Tidak sholat tidak apa-apa, yang penting berakhlak baik,” “tidak berjilbab tidak apa-apa, yang penting berbusana santun,” atau “terserah kamu mau memilih mau menjadi laki-laki atau perempuan, asalkan kamu nyaman dan bahagia.” Tanpa disadari, orang tua yang menjadikan jargon asal anak bahagia ini telah menjauhkan anaknya dari kasih sayang Allah Ta’ala dan menjadi orang tua  yang toxic.


Sebagai orang tua yang kekinian, kita harus memahami bahwa toxic parenting tidak selalu disampaikan dengan cara-cara yang kasar. Tapi, pengajaran nilai-nilai yang seolah-olah baik dan disampaikan dengan halus juga bisa merusak jiwa anak. Itulah mengapa sikap lembut tidak selalu menjadi apa yang dibutuhkan anak. Begitu juga ketegasan tidak selalu dianggap toxic dalam diri anak.  


Banyak orang tua yang merasa telah memberi madu pada anaknya, tapi ternyata madu itu bisa menjadi racun. Inilah yang harus dipahami oleh orang tua bahwa Islam berada pada dua kutub pendidikan yang berkembang di masyarakat saat ini. Kedua kutub tersebut adalah tiger parenting dan  rabbit parenting. 


Tiger parenting yaitu pola asuh yang berasal dari China. Pola asuh ini memaksimalkan potensi anak dengan kekerasan: mengancam dan menakut-nakuti layaknya macan yang jika tidak bertindak akan dicambuk. Di dalam tiger parenting, tidak boleh ada kesalahan sedikit pun. Semua harus perfect. Contohnya saja saat orang tua memiliki target nilai anaknya harus 10. Jika anak ternyata hanya meraih nilai 8, maka anak akan dapat hukuman. Sebagian orang menganggap pola asuh ini efektif. Tiger parenting akan membuat anak bersungguh-sungguh dan meraih apa yang mereka inginkan karena dilatih sejak kecil oleh orang tuanya.


Sedangkan lawan tiger parenting adalah rabbit parenting. Pola asuh ini banyak diterapkan di dunia barat. Rabbit parenting membolehkan apapun yang membuat anak nyaman. Jadi ketika anak tidak nyaman, maka jangan dipaksakan. Orientasi pola asuh ini terfokus pada pentingnya kebahagiaan anak. Apapun pilihan anak, orang tua tidak boleh ikut campur. Singkat kata, pola asuh ini adalah pola liberal. Saking liberalnya, anak-anak bisa sampai memiliki otoritas mengatur orang tua dan gurunya.


Sementara itu, Islam berada di pertengahan antara dua pola asuh di atas. Tidak ekstrem kanan layaknya tiger dan tidak ekstrem kiri layaknya rabbit. Prinsip pola asuh Islam ada 2: memberi anak kegembiraan dan peringatan. Jadi, anak boleh bergembira dengan kesukaannya, tapi anak juga mengerti batasan-batasan syariat. Soalnya, kegembiraan yang berlebihan akan menjadi petaka. Itulah indahnya Islam yang menerjemahkan arti toxic secara bijaksana. Semoga kita semua tidak menjadi orang tua yang toxic. Aamiin. Wallahu’alam bi shawab. [Ustadz Bendri Jaisyurrahman]


Sumber: Channel Youtube Rumil Al Hilya.


Foto oleh master1305 dari freepik.

Tags: #parenting
POSTINGAN TERBARU
Mendidik Adalah Tugas Orang Tua

27-05-2025

Di Indonesia, masih banyak orang tua yang menyerahkan pendidikan sepenuhnya pada sekolah.

Malu, Pondasi Dasar Pendidikan Seksualitas

20-05-2025

Rasa malu ini merupakan pondasi dasar dalam pendidikan seksualitas

Adab Pertama yang Diajarkan ke Anak

21-04-2025

Mengenai persoalan adab ini, konselor parenting dan keluarga, Ustad Bendri Jaisyurrahman menjelaskan bahwa orang tua bisa mengawali pengajaran mulai dari adab terhadap Sang Pencipta, Allah Ta’ala.

Dukungan Suami pada Istri

20-04-2025

Sebenarnya, para ibu yang stres ini hanya butuh dukungan dari suaminya. Bagaimana bentuk dukungan suami pada istrinya? Mari kita lihat sikap teladan kita, Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam yang selalu memberikan dukungan kepada istrinya melalui:

Ketika Pasangan Tak Sesuai Harapan

15-03-2025

Banyak orang yang mendapatkan pasangan yang tidak sesuai ekspektasi sebelum menjelang pernikahan. Inilah yang membuat seseorang berada dalam kebimbangan, apakah tetap bertahan atau berpisah?

NurHidayah.ID